
JAKARTA (Lentera) – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan utang proyek kereta cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) berpeluang untuk dinegosiasikan kembali dengan pihak China. Negosiasi tersebut mencakup skema kepemilikan dan pembagian beban biaya antara kedua negara.
“Isu Whoosh salah satunya adalah kemungkinan adanya renegosiasi. Namun hal itu bukan menjadi kewenangan Kementerian BUMN, melainkan kementerian terkait,” ujar Erick usai Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, Senin (15/9/2025).
Erick menjelaskan, Indonesia mengusulkan agar infrastruktur pendukung proyek dapat menjadi milik pemerintah, sementara sarana dan operasional kereta tetap dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI). Namun, ia menekankan bahwa semua keputusan harus mendapat persetujuan China.
“Karena ini kerja sama Indonesia–China, tentu perlu disepakati terlebih dahulu. Apalagi kita akan dorong jalurnya sampai ke Surabaya, jadi struktur pembiayaan ini harus selesai dulu,” tambahnya.
Sebelumnya,Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, mengungkapkan pihaknya akan bekerja sama dengan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara untuk menyelesaikan persoalan keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Dalam rapat perdana bersama Komisi VI DPR RI, Bobby mengakui beban keuangan KCIC merupakan “bom waktu” yang harus segera diatasi. “Dalam sepekan ke depan kami targetkan sudah memahami seluruh persoalan KAI, termasuk KCIC,” ujarnya.
KAI sendiri terlibat melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), yang memegang 60% saham KCIC. Dari jumlah tersebut, KAI menguasai 58,53% saham PSBI. Sementara itu, mitra asal China, Beijing Yawan HSR Co. Ltd., memegang 40% saham.
Berdasarkan laporan, KCIC mencatat kerugian Rp1,6 triliun pada semester I 2025. Dari jumlah tersebut, KAI menanggung Rp1,424 triliun. Pada periode yang sama di 2024, kerugiannya bahkan lebih besar, mencapai Rp2,377 triliun.
Untuk menutup bengkaknya biaya proyek, KCIC sebelumnya mendapat pinjaman dari China Development Bank (CDB) senilai Rp6,98 triliun. Hingga kini, Danantara masih menyiapkan sejumlah opsi penyelesaian utang, meski belum membeberkan detail langkah yang akan diambil.
“Solusi sedang kita susun, dan akan diusulkan ke pemerintah. Ada beberapa alternatif yang tengah dipertimbangkan,” kata COO Danantara, Dony Oskaria.
Editor:Widyawati/berbagai sumber