02 October 2025

Get In Touch

Terima Suap Rp627 M, Mantan Menteri Pertanian China Divonis Mati

Mantan Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan China Tang Renjian dijatuhi hukuman mati karena menerima suap (Xinhua)
Mantan Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan China Tang Renjian dijatuhi hukuman mati karena menerima suap (Xinhua)

BEIJING (Lentera) - Mantan Menteri Pertanian dan Urusan Perdesaan China, Tang Renjian, dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan eksekusi selama dua tahun karena terbukti menerima suap sebesar 268 juta yuan (sekitar Rp627 miliar) sepanjang 2007–2024 saat menjabat di berbagai posisi.

Putusan tersebut dijatuhkan oleh Pengadilan Menengah Rakyat Changchun, Provinsi Jilin, pada Minggu (28/9/2025), sebagaimana dilaporkan media pemerintah China.

Di China, hukuman mati dengan masa percobaan umumnya dikonversi menjadi penjara seumur hidup jika terpidana tidak melakukan pelanggaran baru selama periode tersebut. Bahkan, hukuman bisa kembali diringankan bila terpidana menunjukkan perilaku baik.

Selain itu, pengadilan mencabut hak politik Tang seumur hidup, merampas seluruh kekayaannya, serta memerintahkan agar hasil kejahatan beserta bunga yang diperoleh disetorkan ke kas negara.

“Tindakan Tang Renjian terbukti merupakan tindak pidana suap dalam jumlah sangat besar yang merugikan kepentingan negara dan rakyat. Berdasarkan hukum, perbuatan tersebut semestinya dijatuhi hukuman mati,” bunyi putusan pengadilan.

Pengadilan menyatakan Tang memanfaatkan berbagai jabatan yang pernah diembannya pada periode 2007–2024, mulai dari Wakil Direktur Kantor Pimpinan Pusat Urusan Keuangan, Gubernur Gansu, hingga Menteri Pertanian dan Perdesaan, untuk memberikan keuntungan kepada individu maupun lembaga terkait bisnis, proyek, serta promosi jabatan.

Tang, baik secara langsung maupun melalui pihak perantara, menerima uang dan barang ilegal senilai lebih dari 268 juta yuan.

Namun, lantaran mengakui kesalahan, mengungkap kasus yang belum terdeteksi aparat, serta mengembalikan seluruh hasil suap, pengadilan menjatuhkan hukuman mati dengan penundaan eksekusi.

Tang Renjian (63), kelahiran Chongqing, memulai kariernya pada 1983 dan resmi bergabung dengan Partai Komunis China pada 1991. Ia mulai diselidiki pada Mei 2024 atas dugaan pelanggaran disiplin berat. Enam bulan kemudian, ia diberhentikan dari jabatan serta dikeluarkan dari partai.

Pada April 2025, Tang resmi didakwa dengan tuduhan suap, dan sidang perkaranya digelar pada 25 Juli 2025.

Hukuman 11 Sindikat Penipuan di Myanmar

Pengadilan China menjatuhkan hukuman mati kepada 11 anggota sindikat kriminal keluarga Ming atas kasus penipuan telekomunikasi dan pembunuhan berencana di Myanmar. Vonis tersebut dibacakan oleh Pengadilan Rakyat Menengah Wenzhou, Zhejiang, pada Senin (29/9/2025), terhadap total 39 anggota kelompok.

Dua pemimpin utama, Ming Guoping dan Ming Zhenzhen, termasuk di antara terdakwa yang divonis mati. Selain itu, lima orang dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan dua tahun, 11 orang dipenjara seumur hidup, sementara 12 lainnya mendapat hukuman 5 hingga 24 tahun penjara, disertai denda, penyitaan aset, dan deportasi. Media pemerintah menegaskan hukuman ini sebagai bentuk keadilan bagi korban sekaligus peringatan bahwa kelompok kriminal lintas negara tetap dapat dijerat hukum berat.

Sejak 2015, keluarga Ming mendirikan “kompleks kejahatan” di Kokang, Myanmar, dengan membangun pusat penipuan di Laoje, Shiyuanzi, dan sejumlah wilayah lain. Mereka mengoperasikan penipuan telekomunikasi, kasino ilegal, narkoba, serta prostitusi, bekerja sama dengan geng bersenjata. Hasil kejahatan mereka diperkirakan melampaui 10 miliar yuan (Rp23,4 triliun), menyebabkan banyak keluarga bangkrut, korban disiksa, bahkan dibunuh.

Dalam salah satu kasus, 10 warga China tewas dan dua luka saat mencoba kabur dari kawanan ini. Pada Oktober 2023, kelompok Ming menembaki korban yang hendak dipindahkan, menewaskan empat orang dan melukai empat lainnya. Pengadilan menyatakan para terdakwa melanggar 14 dakwaan, termasuk penipuan, pembunuhan, dan penganiayaan. Hukuman mati dijatuhkan kepada para pemimpin utama karena dinilai melakukan kejahatan berat yang memicu kemarahan publik, sementara pelaku dengan peran lebih kecil dijatuhi hukuman sesuai keterlibatan.

Kasus ini mencuri perhatian sejak 2023. Melalui kerja sama dengan Myanmar, tiga anggota kunci berhasil ditangkap dan diekstradisi ke China, hingga pada 2024 jaksa mendakwa total 39 orang. Dalam beberapa tahun terakhir, China gencar memberantas penipuan telekomunikasi lintas negara dengan membongkar lebih dari 2.000 pusat operasi di luar negeri serta menangkap 80.000 tersangka. Sementara itu, kasus terpisah terhadap 21 anggota sindikat keluarga lain berbasis di Myanmar kini menunggu putusan di Shenzhen, Guangdong.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.