03 October 2025

Get In Touch

Kemenkes akan Buat Laporan Berkala Keracunan MBG Seperti Saat Covid-19

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/10/2025). (foto:ist/Ant)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/10/2025). (foto:ist/Ant)

JAKARTA (Lentera) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, pihaknya akan membuat laporan berkala terkait keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG), sama seperti pelaporan kasus saat pandemi COVID-19.

"Mungkin nanti kita akan berkoordinasi dengan Badan Komunikasi Pemerintah, kalau perlu misalnya ada update harian atau mingguan atau bulanan yang seperti dulu kita lakukan pada saat COVID, itu kita bisa lakukan," kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin di Jakarta diberitakan Antara, Kamis (2/10/2025).

Dia menjelaskan, bahwa nantinya data akan dikonsolidasikan antara Kementerian Kesehatan dan Badan Gizi Nasional (BGN). Budi menyebutkan bahwa akan ada data harian dan mingguan.

"Bahwa dari sisi angka-angka, yang terjadi, keracunan yang terjadi, kita sudah sepakat menggunakan sistem yang ada sekarang yang sudah dibangun laporannya dari level puskesmas ke atas," jelasnya.

Adapun Pemerintah kembali mengadakan rapat koordinasi, terkait tindak lanjut kejadian luar biasa (KLB) keracunan MBG.

Pemerintah menetapkan tiga sertifikasi bagi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), yakni Sertifikasi Laik Higiene Sanitasi (SLHS), Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP), dan sertifikasi halal, guna mencegah kejadian luar biasa (KLB) keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) agar tidak terulang.

Pemerintah juga memperkuat pengawasan internal oleh BGN, serta pengawasan eksternal oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Selain itu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah juga dilibatkan dalam pengawasan di tingkat penerima manfaat, melalui pendayagunaan Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

Sebelumnya, BGN melaporkan pada Jumat (26/9) bahwa pada Januari-September 2025, ada 70 kasus keracunan dan 5.914 penerima MBG yang terdampak.

Dari 70 kasus itu, sembilan kasus dengan 1.307 korban ditemukan di wilayah I Sumatera, termasuk di Kabupaten Lebong, Bengkulu, dan Kota Bandar Lampung, Lampung.

Kemudian, di wilayah II Pulau Jawa, ada 41 kasus dengan 3.610 penerima MBG yang terdampak, dan di wilayah III di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara ada 20 kasus dengan 997 penerima MBG yang terdampak.

Dari 70 kasus keracunan itu, penyebab utamanya ada kandungan beberapa jenis bakteri yang ditemukan, yaitu E. Coli pada air, nasi, tahu, dan ayam. Kemudian, Staphylococcus Aureus pada tempe dan bakso, Salmonella pada ayam, telur, dan sayur, Bacillus Cereus pada menu mie, dan Coliform, PB, Klebsiella, Proteus dari air yang terkontaminasi.

Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang mengatakan bahwa BGN bertanggung jawab penuh, dan berjanji untuk berbenah agar kejadian serupa tak terulang ke depannya.

 

Editor: Arief Sukaputra

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.