17 October 2025

Get In Touch

GP Ansor Ngawi Menyayangkan Tayangan 'Expose Uncencored' Trans7

Ketua GP Ansor Kabupaten Ngawi Helmi Masulin. (istimewa)
Ketua GP Ansor Kabupaten Ngawi Helmi Masulin. (istimewa)

NGAWI (Lentera) – Jagat maya tengah ramai dengan seruan boikot terhadap salah satu stasiun televisi nasional, Trans7. Gelombang protes itu muncul setelah tayangan program Expose Uncencored dinilai menyinggung kalangan pesantren.

Dalam cuplikan episode yang tayang Senin (13/10/2025), terlihat aktivitas seorang kiai bersama para santri yang berjalan menunduk di hadapannya. Namun narasi suara dalam tayangan tersebut dinilai bernada olok-olok, seolah merendahkan tradisi penghormatan di lingkungan pesantren.

Potongan video itu cepat menyebar di media sosial dan memicu beragam reaksi. Banyak warganet menyerukan boikot terhadap Trans7 karena dianggap telah melecehkan martabat santri.

Salah satu tanggapan tegas datang dari GP Ansor Kabupaten Ngawi. Ketua GP Ansor Ngawi, Helmi Masulin, menyayangkan tayangan tersebut karena menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Ia meminta pihak stasiun televisi bertanggung jawab dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka, terutama kepada pondok pesantren yang ditampilkan dalam program itu.

"Tayangan tersebut jelas menyinggung perasaan umat muslim dan menimbulkan keresahan, khususnya di kalangan pesantren," ujarnya, Selasa (14/10/2025).

Helmi juga menegaskan bahwa Trans7 seharusnya menjalankan fungsi jurnalistik secara bijak. Menurutnya, tayangan Expose Uncencored telah melenceng dari semangat pendidikan publik yang seharusnya diusung oleh lembaga penyiaran.

"Sebagai media, Trans7 punya tanggung jawab moral untuk ikut mencerdaskan masyarakat, bukan malah memecah belah," tegasnya.

Meski kecewa, Helmi mengimbau seluruh kader Ansor-Banser di Kabupaten Ngawi untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi. Ia memastikan, pihaknya akan terus mengawal persoalan ini hingga jelas penyelesaiannya.

Sebagai perkembangan terbaru, Trans7 telah mengirimkan surat resmi berisi permintaan maaf kepada HM. Adibussholeh, pimpinan PP Putri Hidayatul Mubtadiaat, Pondok Pesantren Lirboyo. Dalam surat bertanggal 14 Oktober 2025 itu, Trans7 mengakui adanya keteledoran dalam proses penayangan dan menyatakan penyesalan atas dampak yang ditimbulkan.

Dalam penutup suratnya, Trans7 menyebut permintaan maaf itu sebagai bentuk itikad baik untuk menjaga marwah lembaga pendidikan keagamaan di Indonesia, khususnya pesantren.

Reporter: Miftakul FM|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.