18 October 2025

Get In Touch

Tentara Israel Mengaku Hamas Sediakan Alat Ibadah, Termasuk Taurat

Tentara Israel bersiaga di kamp Nur Shams yang menampung pengungsi Palestina, di Tepi Barat pada 5 Maret 2025 (AFP)
Tentara Israel bersiaga di kamp Nur Shams yang menampung pengungsi Palestina, di Tepi Barat pada 5 Maret 2025 (AFP)

TEL AVIV (Lentera) -Seorang tentara Israel yang disandera oleh Hamas mengaku kelompok tersebut memenuhi permintaannya untuk menyediakan perlengkapan ibadah dan salinan kitab Taurat selama dia ditahan di Gaza.

Prajurit bernama Matan Angrest tersebut mengungkapkan hal itu dalam wawancara pertamanya setelah dibebaskan pada Senin (13/10/2025).

Dalam wawancara yang disiarkan oleh Channel 13 tersebut, Angrest mengungkapkan bahwa dia meminta para penjaganya agar dibawakan tefillin (kotak kulit kecil yang dikenakan di dahi saat berdoa), siddur (buku doa), dan kitab Taurat.

Dia menuturkan bahwa Hamas memenuhi permintaan tersebut, sebagaimana dilansir Middle East Monitor.

Hamas, kata Angrest, menyediakan barang-barang tersebut dari lokasi-lokasi tempat tentara Israel sebelumnya berada di Gaza.

Angrest juga menjelaskan bahwa dia tetap bisa melaksanakan ibadah tiga kali sehari di dalam terowongan tempat dia ditahan.

Dia juga selamat dari beberapa serangan udara Israel yang menghantam area penahanannya.

Hamas dalam berbagai pernyataan sebelumnya mengeklaim berupaya melindungi nyawa para tahanan.

Hamas juga memperingatkan bahwa serangan udara Israel yang intens dan tanpa pandang bulu dapat mengancam keselamatan mereka.

Kesaksian Angrest mengenai perlakuan selama masa penahanan tersebut berbanding terbalik dengan laporan sejumlah organisasi hak asasi manusia yang menyoroti kondisi keras dialami para tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.

Jenazah warga Palestina

Diberitakan sebelumnya, petugas medis di Jalur Gaza menemukan tanda-tanda penyiksaan dan eksekusi di sejumlah jenazah warga Palestina yang dikembalikan Israel melalui Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Rabu (15/10/2025).

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sebanyak 45 jenazah dikirim dari Israel pada awal pekan ini sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

Dalam kesepakatan tersebut, Israel diminta menyerahkan 15 jenazah warga Palestina untuk setiap jenazah warga Israel yang dikembalikan.

Tim forensik yang memeriksa jenazah di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, Jalur Gaza, menggambarkan kondisi korban sangat memprihatinkan, sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Sejumlah jenazah ditemukan dalam keadaan tangan terikat, mata tertutup, dan menunjukkan luka-luka serius di bagian leher serta tubuh bagian atas.

"Ada tanda-tanda penyiksaan dan eksekusi," kata Sameh Hamad, anggota komisi penerimaan jenazah di Rumah Sakit Nasser.

Mengutip dari Kompas, Hamad menyebut sebagian jenazah masih dalam keadaan diborgol saat tiba di rumah sakit. 

Beberapa korban juga memiliki bekas ikatan di leher, termasuk satu yang ditemukan dengan tali melilit lehernya.

"Sebagian besar mengenakan pakaian sipil, sementara lainnya memakai seragam, kemungkinan milisi," ujarnya.

Sumber medis yang dikutip Al Jazeera juga menyebut beberapa jenazah tampak seperti korban eksekusi di lapangan.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan seluruh jenazah tengah diperiksa, didokumentasikan, dan dipersiapkan untuk diserahkan kepada keluarga sesuai protokol medis (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.