MALANG (Lentera) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang tengah menelusuri dugaan keracunan makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di MTs Al-Khalifah di Kecamatan Kepanjen.
Selain melakukan penelusuran penyebab, Dinkes juga bakal mengevaluasi Standar Operasional Prosedur (SOP) pengantaran makanan dari salah satu dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kepanjen tersebut. Untuk memastikan keamanan pangan dalam distribusi program nasional ini.
"Iya, nanti akan ditelusuri semua kemungkinan, ya," ujar Kepala Dinkes Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo, dikonfirmasi melalui pesan singkat, Jumat (24/10/2025).
Penelusuran ini juga termasuk evaluasi terhadap SOP penyimpanan dan pengantaran makanan MBG. Terutama terkait suhu dan waktu distribusi dari penyedia ke sekolah.
Lebih lanjut, Wiyanto menyebut saat ini seluruh siswa dan guru yang sempat mengalami gejala mual dan pusing telah pulih. "Iya, sudah baik ya," katanya.
Wiyanto memastikan tidak ada siswa maupun guru yang masih menjalani perawatan di fasilitas kesehatan. "Tidak," tegasnya saat ditanya mengenai kemungkinan adanya korban yang dirawat di RSUD Kanjuruhan maupun klinik di dekat lokasi sekolah tersebut.
Sebelumnya, Kepala MTs Al-Khalifah, Nur Kholida, menjelaskan makanan MBG yang seharusnya tiba di sekolah sekitar pukul 08.30 WIB, pada hari kejadian datang lebih lambat, sekitar pukul 11.00 WIB.
"Biasanya MBG ini datang setengah sembilan, tapi hari ini datangnya jam sebelas siang. Jadi anak-anak ini terlalu siang makannya," ujar Nur Kholida saat dikonfirmasi Kamis (23/10/2025) kemarin.
Ia menyebut kondisi makanan yang diterima juga berbeda dari biasanya. Lauk yang datang dalam keadaan dingin. Serta buah pisang yang terlalu matang menimbulkan aroma menyengat hingga ke lauk dan nasi.
"Biasanya lauk masih hangat, tapi tadi sudah dingin. Menunya ayam katsu, tahu goreng, sayur wortel-jagung kukus, dan buah pisang" jelasnya.
Selain itu, menurutnya, sambal yang diletakkan di bawah ayam katsu diduga mempercepat kerusakan makanan. "Sambalnya tidak dipisah, tapi ditaruh di bawah ayam. Mungkin itu yang bikin cepat rusak," ujarnya.
Akibatnya, sekitar 15 menit setelah makan, beberapa siswa mulai mengalami gejala mual, pusing, dan sakit perut. "Langsung kami larikan ke klinik, sebagian ke RSUD," kata Nur Kholida.
Gejala serupa juga dialami dua guru yang mencicipi makanan sesuai prosedur sekolah. Dari total 187 siswa, sebanyak 24 orang terdampak, terdiri atas 22 siswa dan dua guru. Lima siswa sempat dibawa ke Klinik Regulo, sementara lainnya dirawat di RSUD Kanjuruhan, namun seluruhnya sudah pulang.
"Tidak ada yang rawat inap, semua sudah pulang. Ditangani sekitar satu jam sudah sehat. Kami juga bantu antar anak-anak pulang ke rumah masing-masing," jelasnya.
Reporter: Santi Wahyu/Editor:Widyawati




