11 November 2025

Get In Touch

Guru Besar Unair Ingatkan Bahaya Hoaks, Serukan Literasi Digital yang Beretika

Prof Dr Dessy Harisanty SSos MA, saat orasi pengukuhannya di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C Unair.
Prof Dr Dessy Harisanty SSos MA, saat orasi pengukuhannya di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C Unair.

SURABAYA (Lentera)– Arus informasi yang semakin deras di era digital membuat masyarakat kian sulit membedakan mana informasi yang benar dan menyesatkan. 

Kondisi ini menjadi perhatian Guru Besar Ilmu Perilaku Informasi Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Dessy Harisanty SSos MA, dalam orasi pengukuhannya di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C UNAIR, Rabu (29/10/2025).

Dalam orasinya, Prof Dessy menyoroti perubahan perilaku manusia dalam mengelola informasi. Jika dulu masyarakat hanya menjadi penerima pesan, kini mereka juga berperan sebagai produsen informasi.

"Dulu masyarakat kita hanya menerima informasi, tapi sekarang sudah menjadi masyarakat konsumer. Artinya, tidak hanya menerima, melainkan juga memproduksi informasi,” tuturnya.

Menurut Prof Dessy, perkembangan teknologi komunikasi membawa kemudahan sekaligus tantangan besar. Maraknya hoaks, banjir data, dan bias algoritma membuat daya kritis masyarakat semakin menurun.

Ia menyebut dua hal penting sebagai tiang penyangga kehidupan digital, yaitu literasi kritis dan etika informasi.

“Literasi kritis bukan sekadar membaca, tapi memahami makna di balik teks. Sedangkan etika informasi adalah pagar moral yang mengajarkan kita untuk menghormati privasi, orisinalitas, dan bertanggung jawab atas dampak sosial setiap unggahan,” sebutnya.

Sebagai konsumen dan produsen informasi, masyarakat juga memiliki tanggung jawab ganda. Menurutnya, mereka perlu memverifikasi kebenaran informasi sebelum membagikannya, serta memastikan konten yang dibuat tidak melanggar hak cipta atau merugikan pihak lain.

Prof Dessy juga menawarkan sejumlah strategi untuk menciptakan ekosistem digital yang sehat. Salah satunya melalui pendidikan literasi digital sejak dini, agar generasi muda terbiasa berpikir kritis dan berperilaku etis dalam bermedia.

Selain itu, masyarakat perlu membiasakan diri menghormati sumber informasi dengan mencantumkan atribusi, serta tidak menyebarkan berita sebelum diverifikasi.

“Pendidikan harus mampu melahirkan insan yang cakap secara teknis, beretika secara moral, dan kritis secara intelektual. Mereka lah benteng pertama dan terakhir bagi kejernihan informasi di tengah kebisingan dunia global,” pungkasnya.

Reporter: Amanah/Editor:Widyawati

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.