11 November 2025

Get In Touch

Parade Surabaya Juang 2025: Tim Line Dance PWI dan PARFI Jatim Tampil Seru, Saksikan Minggu Besok

Persiapan Tim Line Dance (LD) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur yang berkolaborasi dengan Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Jatim (Dok. Panitia)
Persiapan Tim Line Dance (LD) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur yang berkolaborasi dengan Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Jatim (Dok. Panitia)

SURABAYA (Lentera) -Memperingati Hari Pahlawan tahun 2025 Pemerintah Kota Surabaya bersama berbagai komunitas dan organisasi masyarakat akan menggelar Parade Surabaya Juang – Surabaya Epic pada Minggu besok (2/11/2025).

Aksi akan dimulai dari Tugu Pahlawan dan berakhir di Alun-Alun Surabaya pada sore hari.  Teaterikal kali ini menampilkan kolaborasi budaya, seni, dan semangat perjuangan dalam membangkitkan  nasionalisme warga kota.

Salah satu yang turut berpartisipasi adalah Tim Line Dance (LD) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur yang berkolaborasi dengan Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Jatim. 

Dua organisasi profesi ini tampil kompak dengan konsep kreatif. Peran penting wanita dalam perjuangan kemerdekaan, disuguhkan secara utuh di bagian Dapur Umum dan Palang Merah. 

Tokoh Mbok Dar Mortir julukan dari Darijah Soerodikoesomo akan muncul. Dia merupakan tokoh sentral dalam perjuangan kemerdekaan 1945 pada divisi Dapur Umum dan PMI. Dua peran tersebut merepresentasikan kiprah perempuan-perempuan tangguh yang menjadi tulang punggung perjuangan di masa revolusi.

Kordinator Tim Line Dance PWI Jatim, Ita Siti Nas’yiah, merasa bangga bisa ikut dalam event bersejarah di kotanya. 

“Kami sangat berterima kasih kepada Cak Heri Lento yang sudah memberi kesempatan kepada Tim LD PWI Jatim dan PARFI Jatim untuk ikut ambil bagian dalam Parade Surabaya Juang. Ini menjadi kehormatan bagi kami karena bisa turut menyalakan kembali semangat perjuangan lewat seni dan budaya,” ujarnya, dalam rilis yang diterima, Sabtu (1/11/2025) 

Wartawan senior itu menjelaskan, parade kali ini timnya mengenakan kebaya tempo dulu yang menggambarkan sosok para perempuan pejuang di masa lalu. Dengan balutan kebaya klasik, selendang, dan tata rias sederhana khas era 1940-an, para anggota tim menampilkan sisi anggun sekaligus tangguh dari perempuan Indonesia yang berjuang tanpa pamrih. 

“Kami ingin menghadirkan sosok perempuan masa perjuangan yang sederhana tapi penuh keberanian,” tegas ibu satu anak itu. 

Selain tampil dalam formasi “Mbok Dar Mortir” yang diperankan Wira Lina artis sekaligus ketua Parfi Jatim tim ini juga akan menghidupkan suasana dapur umum dan PMI, simbol solidaritas dan pengorbanan kaum perempuan yang menyiapkan logistik dan kebutuhan para pejuang di medan perang.

Tim LD PWI Jatim dan PARFI Jatim bakal berinteraksi dengan masyarakat yang menonton di sepanjang rute parade.

“Supaya semangat juang itu menular, terutama kepada generasi muda yang menyaksikan parade ini,” tambah wartawan yang juga penulis buku .

Keikutsertaan timnya bukan sekadar hiburan, melainkan juga mengedukasi sejarah melalui seni gerak dan ekspresi budaya.

“Pperjuangan tidak selalu dilakukan dengan senjata. Perempuan masa kini juga bisa berjuang lewat karya, dedikasi, dan semangat kebersamaan,” ujarnya penuh semangat.

Sementara itu, penggagas Parade Surabaya Epic, Heri Lento, mengapresiasi partisipasi aktif dari PWI Jatim dan PARFI Jatim. Seniman produktif itu menilai keterlibatan insan pers dan seniman ini menambah warna dan daya tarik tersendiri dalam parade yang sudah menjadi ikon peringatan Hari Pahlawan di Surabaya.

"Kolaborasi ini luar biasa. Mereka tidak hanya menari, tapi juga membawa pesan sejarah dan nilai perjuangan,” kata Heri ditemui disela gladi bersih, Jumat. 

Parade Surabaya Juang tahun ini melibatkan 2000 dari berbagai komunitas. Baik pelajar, mahasiswa, instansi pemerintah hingga pegiat budaya. 

Setiap kelompok peserta menampilkan tema perjuangan berbeda supaya bisa menciptakan suasana heroik yang menggugah emosi dan kebanggaan warga Surabaya sebagai pewaris semangat arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kotanya dari gempuran penjajah di segala lini. 

“Surabaya Epic” tidak hanya menjadi hiburan rakyat belaka. Tetapi juga momentum refleksi dan pengingat akan pentingnya persatuan, gotong royong, serta pengabdian kepada bangsa (*)

Editor: Arifin BH/Rls

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lentera Today.
Lentera Today.