17 November 2025

Get In Touch

Kenaikan Harga Ayam dan Telur, Zulhas: Artinya Program MBG Berhasil

Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan), Zulkifli Hasan atau Zulhas. (foto:ist/dok.Ant)
Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan), Zulkifli Hasan atau Zulhas. (foto:ist/dok.Ant)

JAKARTA (Lentera) - Harga sejumlah bahan pangan seperti ayam dan telur di berbagai daerah mengalami kenaikan pada September 2025, inflasi sektor pangan bergejolak (volatile foods) tercatat sebesar 6,44% secara tahunan (yoy). 

Salah satu faktor pendorongnya, adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang memicu lonjakan permintaan. Pantauan di beberapa pasar dalam beberapa hari, harga telur menembus angka Rp32 ribu per kilogram, demikian juga daging ayam ras mencapai angka Rp30 ribu per kilogram.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan, bahwa pemerintah kini tengah berupaya mempercepat pelaksanaan program MBG. Program ini menargetkan 82,9 juta penerima manfaat, yang menyebabkan kebutuhan bahan pangan seperti telur dan ayam meningkat tajam.

"Memang, karena ini kita mengejar makan bergizi (MBG) 'kan. Perlu jutaan telur, perlu jutaan ayam. Dampaknya memang agak-agak naik," ujar Zulhas ditemui di acara Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia & Indonesia Fintech Summit 2025 di JCC, Jakarta dilansir detikFinance, Sabtu (1/11/2025) dikutip, Minggu (2/11/2025).

Zulhas menambahkan, penurunan harga pangan tidak bisa dilakukan secara langsung. Karena tingginya kebutuhan saat ini, diperlukan waktu untuk menstabilkan kembali harga bahan pokok.

"Karena 'kan ayam ini tidak bisa kita paksakan menurun hari ini. Jadi, memang perlu waktu. Kita akan mengalami itu. Karena memberi makan banyak sekali penerima manfaat. Sehingga (harga) telur naik sedikit, ayam naik sedikit. Tentu dampaknya artinya program (MBG) ini berhasil," jelasnya.

Sekadar informasi, tingkat inflasi harga pangan bergejolak yang mencapai 6,44% terbilang tinggi dan berada jauh di atas target inflasi umum yang ditetapkan sebesar 2,5% plus minus 1%.

 

Editor: Arief Sukaputra

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.