SURABAYA (Lentera) - Program Studi Architecture Petra Christian University (PCU) berkolaborasi dengan Silpakorn University, Thailand menggelar pameran “Projecting Cities: Surabaya and Bangkok” di Gallery Gedung J, PCU. Pameran itu menampilkan wujud masa depan kawasan Gubeng, Surabaya, secara imersif melalui teknologi Augmented Reality (AR), selain itu pengujung juga mendapatkan suguhan virtual reality (VR).
Untuk bisa menikmati teknologi dalam pameran yang berlangsung mulai 10–24 November 2025 ini, pengunjung cukup dengan memindai QR Code menggunakan smartphone, suasana kota 30 tahun mendatang tersaji secara nyata dan interaktif.
PIC acara, Rully Damayanti, S.T., M.Art., Ph.D., mengatakan, sejak Juli 2025, sebanyak 71 mahasiswa PCU dan 40 mahasiswa Silpakorn bekerja sama merancang maket kawasan kota Surabaya seluas 3 x 2 meter untuk area Gubeng, dan Bangkok seluas 1 x 2 meter untuk kawasan Wongwian Yai, Khlong Ton Sai.
"Tahun ini merupakan tahun keempat kolaborasi berfokus pada kota berkelanjutan. Selalu ada hal baru yang diteliti bersama. Dengan teknologi AR, pengunjung dapat langsung menjelajahi desain kota. Kawasan Gubeng dipilih karena potensinya sebagai kawasan kesehatan dan komersial, apalagi dengan rencana pembangunan LRT di sepanjang Kali Mas,” ucapnya, Selasa (11/11/2025).
Selain AR, pengunjung juga dapat merasakan pengalaman virtual reality (VR) yang memungkinkan mereka berjalan di tepi Sungai Kalimas yang direvitalisasi, serta melihat konsep walkable city, city that cares, dan 15 minutes city.
"Total ada tujuh desain masterplan dengan 72 maket bangunan yang mengintegrasikan hunian, fasilitas kesehatan, area komersial, dan ruang terbuka hijau," ungkapnya.
Karya-karya ini juga diperlombakan secara hybrid dengan menghadirkan juri internasional dari Chulalangkorn University (Thailand), Tunghai University (Taiwan), serta profesional urban designer alumni PCU.
Di PCU, proyek ini merupakan bagian dari mata kuliah Studio Merancang 7 untuk mahasiswa semester 7, sedangkan di Silpakorn University diperuntukkan bagi mahasiswa semester 8. Proses pengerjaannya berlangsung 16 minggu—10 minggu diskusi dan 6 minggu finalisasi.
Kolaborasi lintas negara ini menghadirkan pengalaman berharga sekaligus tantangan. Saat site visit ke Bangkok, mahasiswa mengalami gempa, sementara ketika mahasiswa Silpakorn berkunjung ke Surabaya, terjadi demonstrasi sehingga pembelajaran sempat beralih daring.
Meski demikian, kedua kampus berhasil mempertahankan kualitas kolaborasi sebagai komitmen mencetak arsitek masa depan yang berpikir global, kreatif, dan berorientasi teknologi.
“Harapannya kolaborasi internasional yang telah berlangsung empat tahun ini memberikan dampak besar bagi arsitektur masa depan. Kami tidak hanya mendidik, tetapi mempersiapkan arsitek lintas negara yang mahir memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk memvisualisasikan gagasan mereka,” harapnya. (*)
Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi





