16 November 2025

Get In Touch

Surabaya dan Mangaung Jalin Kerja Sama Enam Bidang, Fokus pada Kota Berkelanjutan

Pemkot Surabaya menerima kunjungan resmi delegasi Pemerintah Kota Mangaung, Afrika Selatan.
Pemkot Surabaya menerima kunjungan resmi delegasi Pemerintah Kota Mangaung, Afrika Selatan.

SURABAYA (Lentera) — Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memperkuat kerja sama internasional, dengan menerima kunjungan resmi delegasi Pemerintah Kota Mangaung, Afrika Selatan yang dipimpin langsung oleh Wali Kota, Gregory Nthatisi. 

Kunjungan tersebut diterima oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya, Lilik Arijanto mewakili Wali Kota, Eri Cahyadi di Ruang Sidang Sekda, Rabu (12/11/2025).

Kunjungan ini merupakan hasil inisiasi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Cape Town, Afrika Selatan dan bertujuan mempererat hubungan antarkota, khususnya dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bapedalitbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajat mengatakan agenda utama kunjungan ini adalah penandatanganan Minutes of Meeting (MoM) yang mencakup enam bidang prioritas kerja sama.

Bidang tersebut meliputi ekonomi, perdagangan dan investasi, pengelolaan sampah, pendidikan, kebudayaan dan kepemudaan, pengembangan infrastruktur, informasi dan teknologi, serta energi berkelanjutan.

“Fokus utama kerja sama ini adalah menciptakan kota yang berkelanjutan, bersih, dan ramah lingkungan. Pemerintah Kota Mangaung secara khusus ingin mempelajari sistem pengelolaan sampah di Surabaya yang dinilai berhasil,” kata Irvan.

Irvan menjelaskan, Kota Surabaya yang menghasilkan sekitar 1.800 ton sampah per hari telah mengembangkan sistem pengelolaan terpadu. Teknologi waste to energy di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo kini mampu menghasilkan listrik sekitar 11 megawatt, sementara sekitar 200 ton sampah per hari dikelola masyarakat melalui bank sampah di tingkat komunitas.

“Melalui pengelolaan berbasis komunitas, warga memilah sampah bernilai ekonomis dan mengolah sampah organik menjadi pupuk atau pakan maggot untuk peternakan ikan dan ayam. Sedangkan sisa 600 ton sampah akan ditangani melalui pembangunan empat fasilitas Refuse-Derived Fuel (RDF) yang ditargetkan rampung dalam dua tahun ke depan,” jelasnya.

Sementara itu, Wali Kota Mangaung, Gregory Nthatisi menyampaikan alasan pihaknya memilih Surabaya sebagai mitra. Menurutnya, baik Indonesia maupun Afrika Selatan memiliki latar belakang sejarah kolonisasi yang serupa dan semangat kemandirian yang kuat.

“Kami melihat Surabaya sebagai kota yang memiliki struktur dan tata kelola yang sangat baik. Selain itu, kesamaan sejarah antara kedua negara menjadi landasan kuat untuk membangun kemitraan,” tutur Gregory.

Ia menjelaskan, Mangaung merupakan kota metropolitan di Provinsi Free State dengan populasi sekitar 850 ribu jiwa, mencakup Bloemfontein ibu kota yudisial Afrika Selatan. 

Sebagai kota multikultural, Mangaung terinspirasi oleh berbagai inisiatif pembangunan di Surabaya dan ingin mengadopsi praktik terbaik tersebut untuk menarik investasi dan meningkatkan kualitas hidup warganya.

Selama kunjungan yang berlangsung hingga 13 November 2025, delegasi Mangaung dijadwalkan meninjau sejumlah fasilitas publik di Surabaya, seperti Taman Harmoni Keputih, Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan, TPA Benowo, dan Rumah Batik Suramadu.

“Kami berharap melalui kunjungan ini, terjalin kerja sama yang erat dan saling menguntungkan, khususnya dalam mewujudkan praktik terbaik pembangunan kota berkelanjutan,” tutupnya.

 

Reporter: Amanah/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.