SURABAYA ( LENTERA ) - Kelangkaan warna dalam kehidupan disebabkan oleh faktor fisika dan evolusi. Warna muncul dari pantulan panjang gelombang tertentu dalam spektrum elektromagnetik.
Panjang gelombang yang lebih pendek, seperti biru dan violet, membawa energi yang lebih tinggi, sementara panjang gelombang yang lebih panjang, seperti merah, memiliki energi yang lebih rendah.
Dikutip IFL Science, warna hijau terletak kira-kira di tengah spektrum yang terlihat, menjadikannya panjang gelombang yang ideal. Hijau adalah warna yang paling umum di alam karena fotosintesis, dasar fundamental hampir semua kehidupan di Bumi. Tumbuhan mencapai fotosintesis dengan bantuan pigmen yang disebut klorofil.
Klorofil memantulkan cahaya hijau, sementara menyerap sebagian besar cahaya merah dan sebagian cahaya biru. "Menyambut panjang gelombang merah dan biru adalah cara yang stabil dan efisien untuk menggairahkan elektron dalam klorofil, memungkinkan tanaman mengubah energi cahaya menjadi energi kimia," jelas studi tersebut.
Karena panjang gelombang yang terkait dengan hijau sebagian besar dipantulkan daripada diserap, inilah mengapa daun tampak berwarna hijau.
Kelangkaan warna lain di alam seringkali bermuara pada keseimbangan serupa: pigmen tidak hanya harus layak secara biokimia, tetapi juga harus melayani tujuan evolusioner (untuk kamuflase, sinyal, atau fotosintesis).
Lantas, mengapa biru begitu langka? Panjang gelombang cahaya biru yang pendek dan frekuensi yang tinggi berarti ia sangat energik.
Sebagian besar pigmen cenderung menyerapnya daripada memantulkannya. "Ini seperti seikat energi intens yang secara biokimia sulit untuk dipantulkan, jauh lebih mudah untuk menerima pukulan itu," catat studi tersebut.
Meskipun demikian, kehidupan telah menemukan cara untuk memanfaatkan warna biru. Organisme seperti burung tropis, sekitar 10 persen tumbuhan, dan kumbang, tidak selalu menggunakan pigmen sejati. Sebaliknya, banyak yang mengandalkan struktur fisik mikroskopis yang menyebarkan cahaya untuk menghasilkan persepsi biru, fenomena yang dikenal sebagai structural coloration. Namun, ini adalah proses yang mahal dan sulit dikuasai.
Jika biru sulit diproduksi, violet lebih sulit lagi. Warna violet memiliki frekuensi yang lebih tinggi dan panjang gelombang yang lebih pendek daripada biru, menempatkannya di ujung spektrum cahaya yang paling energik. Warna ini adalah versi ekstrem dari biru. Semua faktor yang membuat biru langka, seperti frekuensinya yang tinggi, lebih menonjol untuk violet. Inilah mengapa warna ini hampir tidak ada dalam organisme hidup.
Memproduksi violet melalui pigmen membutuhkan energi yang sangat tinggi. Selain itu, structural coloration untuk violet menjadi sangat sulit karena memerlukan struktur mikroskopis yang begitu padat dan presisi sehingga sangat sedikit organisme yang dapat mengelolanya. Kelangkaan warna-warna tertentu ini juga tercermin dalam budaya manusia.
Di masa sebelum ada pewarna kimia, warna biru dan ungu dikhususkan untuk para pemimpin besar, elit spiritual, dan orang-orang kuat lainnya dalam masyarakat. (kcm,ist/dya)





