Jelang Nataru Kebutuhan Pangan Diproyeksikan Naik 8,53 Persen, Pemkab Malang Pastikan Stok Aman
MALANG (Lentera) - Menjelang momen libur panjang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malang memastikan kondisi stok pangan strategis berada pada level aman.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Mahila Surya Dewi menegaskan kebutuhan pangan masyarakat pada periode akhir tahun diproyeksikan meningkat hingga 8,53 persen, namun ketersediaan masih mencukupi.
Menurut Mahila, kebutuhan pangan tahunan Kabupaten Malang terbilang besar. Di antaranya, 188 ribu ton beras, 1.416 ton cabai besar, 6.777 ton cabai rawit, 11.044 ton bawang merah, 7.623 ton bawang putih, 1.646 ton daging sapi, 17.054 ton daging ayam, 18.714 ton telur ayam, 19.879 ton gula pasir, dan 26.979 ton minyak goreng.
"Ketersediaan pangan kita relatif aman. Berdasarkan proyeksi, stok kita cukup untuk 1,4 bulan ke depan. Namun penguatan cadangan pangan tetap harus dilakukan, terutama untuk komoditas musiman yang rentan terdampak cuaca ekstrem," ujar Mahila, Kamis (11/12/2025).
Ditambahkannya, kenaikan permintaan menjelang Nataru tidak hanya dipicu konsumsi rumah tangga, tetapi juga peningkatan aktivitas wisata, industri makanan, hingga kebutuhan acara keagamaan.
"Kami sudah siapkan langkah penguatan pasokan agar lonjakan permintaan tidak memicu gejolak harga. Karena penguatan cadangan pangan 8-10 persen harus tetap dilakukan terlebih untuk komoditas musiman itu tadi," katanya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Malang, Astri Lutfiatunisa, menyampaikan pihaknya terus memperketat pengawasan distribusi barang kebutuhan pokok. Kenaikan harga pada sejumlah komoditas seperti ayam potong, telur, cabai rawit, bawang merah, dan wortel terus dipantau setiap hari.
"Kami melakukan pengawasan distribusi Minyakita, pelaksanaan Pasar Murah 2025, sidak pasar, dan monitoring harga harian. Kami imbau pelaku usaha tidak berspekulasi dan masyarakat berbelanja secara bijak agar tidak terjadi panic buying," tutur Astri.
Menurutnya, koordinasi dengan distributor dan pelaku pasar sudah diperkuat sebagai langkah antisipatif menghadapi lonjakan permintaan konsumen pada periode Nataru.
Sebelumnya, Wakil Bupati Malang, Lathifah Shohib, dalam High Level Meeting (HLM) bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) pada Rabu (10/12/2025) kemarin, menegaskan pengendalian harga membutuhkan tindakan cepat dan kolaboratif.
Berdasarkan data TPID, Indeks Perkembangan Harga (IPH) Kabupaten Malang sempat melonjak dari 0,40 pada pekan ketiga November menjadi 2,30 pada pekan pertama Desember 2025.
"Kenaikan IPH ini adalah sinyal bahwa kebutuhan meningkat. Maka dua hal harus dipastikan, yakni pasokan tetap aman dan harga tetap wajar," ujar Lathifah.
Ia meminta, jajaran TPID untuk memperkuat pengamanan jalur distribusi dan mencegah praktik penimbunan. Lathifah juga mendorong publikasi harga harian agar masyarakat tidak terpengaruh isu yang tidak berdasar.
Terpisah, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Dedy Prasetyo menyebut tiga komoditas utama penyumbang inflasi jelang Nataru, yakni tomat, cabai merah, dan emas perhiasan.
"Tekanan harga ini dipengaruhi kondisi produksi dan dinamika global. Namun secara umum inflasi 2025 masih berada dalam rentang sasaran nasional," ujarnya.
Dalam hal ini, BI tetap menyarankan penerapan strategi ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi efektif (4K) untuk menjaga stabilitas harga menjelang Nataru.
Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais





