SURABAYA (Lentera)— Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menurunkan tim relawan multidisiplin untuk memberikan layanan kesehatan dan dukungan psikososial, kepada warga terdampak banjir di sejumlah posko pengungsian di Kabupaten Pidie Jaya dan Bireuen, Aceh.
Tim relawan Unesa yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli kebugaran tersebut dipimpin Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis (PPIS) Unesa, Mutimmatul Faidah.
Mutimmatul menjelaskan, kehadiran tim Unesa di Aceh terlebih dahulu disambut Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem bersama jajaran Forkopimda dan BPBD Aceh. Pertemuan tersebut dimanfaatkan untuk berkoordinasi, agar bantuan dan layanan yang disiapkan dapat menjangkau warga yang paling membutuhkan.
“Dalam pertemuan dengan Gubernur Aceh dan jajarannya, kami menyampaikan bantuan yang disiapkan Unesa untuk para korban berupa logistik dan layanan kesehatan, termasuk beasiswa bagi mahasiswa asal daerah yang terdampak bencana,” kata Mutimmatul dalam keterangannya, Sabtu (13/12/2025).
Usai koordinasi, tim Unesa menempuh perjalanan sekitar empat jam menuju Posko Pengungsian Kabupaten Pidie Jaya. Di lokasi ini, tim memberikan layanan psikososial dan pemeriksaan kesehatan, sekaligus menyalurkan satu unit mobil pikap berisi logistik berupa sembako dan makanan siap saji.
Selain itu, bantuan juga mencakup paket kesehatan keluarga, obat-obatan dan kebutuhan medis, perlengkapan psikososial, serta pakaian ganti bagi warga terdampak. Bantuan tersebut diterima langsung oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pidie Jaya.
"Dari Pidie Jaya, tim Unesa melanjutkan perjalanan sekitar dua jam menuju Kabupaten Bireuen, tepatnya di Posko Pengungsian Kecamatan Peusangan, dengan membawa dua unit mobil pikap berisi logistik tambahan," jelasnya.
Di lokasi pengungsian, tim Unesa dibagi ke dalam tiga kelompok. Tim medis melakukan pemeriksaan kesehatan warga, tim psikososial menggelar kegiatan bermain dan bercerita bersama anak-anak, sementara tim penguatan spiritual mengadakan sesi berbagi dan pendampingan bagi para ibu dan orang tua.
“Tim Unesa kemudian bermalam di Bireuen. Denyut kehidupan kota relatif normal meski sempat terjadi pemadaman listrik. Aktivitas penguatan warga di pengungsian terus kami lakukan, sementara proses penanganan di desa-desa terdampak masih terus diupayakan,” ujar guru besar Unesa tersebut.
Ia juga menggambarkan, kondisi para korban yang telah belasan hari tinggal di pengungsian. Meski rumah terendam, sebagian rusak, dan harta benda hilang, warga menunjukkan daya lenting dan ketangguhan yang luar biasa.
“Mereka bersedih, tetapi tidak rapuh. Ada harapan dan doa yang terus digenggam untuk memulai kembali dari awal. Mereka yakin bahwa mereka tidak sendiri. Dengan semangat gotong royong dan kekuatan bersama, kita bisa bangkit dari bencana ini,” tutupnya.
Reporter: Amanah/Editor: Ais





