16 December 2025

Get In Touch

Tenun Jombang Bertransformasi Jadi Tirai Interior Bernilai Tinggi

Dr. Lintu (baju putih) salah satu tim dosen Petra Christian University saat menjelaskan tentang proses pembuatan window blind pada Kadis Disdagrin, Jombang.
Dr. Lintu (baju putih) salah satu tim dosen Petra Christian University saat menjelaskan tentang proses pembuatan window blind pada Kadis Disdagrin, Jombang.

JOMBANG (Lentera) - Kain tenun tradisional dari Dusun Penggaron, Kabupaten Jombang, kini tak lagi terbatas sebagai produk fesyen. Melalui inovasi berbasis kolaborasi akademisi dan pengrajin, tenun khas Jombang dipadukan dengan lidi bambu, bertransformasi menjadi produk interior bernilai jual tinggi, seperti window blind (tirai jendela) dan karya seni tenun kontemporer.

Terobosan ini merupakan hasil kolaborasi tim dosen Program Studi Interior Design Petra Christian University (PCU) Surabaya dengan Kelompok Masyarakat (Pokmas) Tenun Wastra Sejahtera Dusun Penggaron, Jombang. Program tersebut didanai melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI tahun 2025.

Pokmas Tenun Wastra Sejahtera berdiri sejak 2019, berawal dari dampak pandemi Covid-19. Mayoritas anggotanya merupakan orang tua tunggal (single parent). Selama ini, potensi kelompok penenun belum tergarap maksimal karena produk yang dihasilkan terbatas pada tekstil fesyen dengan sistem pemasaran yang masih konvensional.

Melihat peluang pengembangan tersebut, tim dosen yang terdiri dari Dr. Sherly de Yong, S.Sn., M.T., Dr. Ir. Lintu Tulistyantoro, M.Ds., dan Dr. Yusita Kusumarini, S.Sn., M.Ds., bersama mahasiswa menerapkan pendekatan kolaboratif Co-Design.

“Pendekatan Co-Design melibatkan para mitra sesuai keahlian masing-masing, mulai dari penenun, pengrajin, seniman, hingga akademisi. Tujuannya agar tercipta produk baru di luar kebiasaan. Jika sebelumnya hanya menghasilkan produk fesyen, kini berkembang menjadi tirai tenun dengan motif seni kontemporer yang segar dan unik,” ujar Sherly de Yong selaku ketua tim peneliti, Senin (15/12/2025).

Ia menuturkan, kegiatan pendampingan telah berlangsung sejak September 2025. Tim melakukan pemetaan masalah, pendataan kebutuhan bahan baku, pelatihan Co-Design untuk desain motif, digital marketing, manajemen pameran, hingga produksi prototipe berupa blind tenun bambu dan karya tenun kontemporer.

"Hari ini merupakan puncak kegiatan dengan peresmian Revitalisasi Pokmas Sentra Tenun Wastra Sejahtera. Kami juga melakukan serah terima alat modifikasi berupa alat tenun, alat serut bambu, dan sisir tenun," tuturnya.

Ia mengungkapkan, pdoduk window blind tenun bambu ini dibanderol Rp150.000 untuk ukuran 45 x 90 sentimeter. “Produk ini bersifat custom, pembeli dapat menyesuaikan desain sesuai selera. Namun, pengerjaannya memang membutuhkan waktu,” ungkapnya.

Terkait proses produksi, membutuhkan ketelitian tinggi. Pembuatan bahan baku berupa lidi bambu disiapkan setiap 50 meter, sementara tahap penggambaran motif menjadi bagian paling rumit.  "Setiap pengrajin rata-rata hanya mampu menghasilkan empat hingga lima window blind per hari. Pada tahap penenunan, pengrajin dapat merangkai sekitar tujuh hingga sepuluh blind per hari," jelasnya. 

Sherly menambahkan, tantangan utama terletak pada penyesuaian fungsi produk sebagai tirai jendela. “Bambu yang digunakan harus halus dan kaku agar mudah dimasukkan ke dalam tenunan dan menghasilkan produk yang rapi serta fungsional,” tambahnya.

Tim dosen PCU optimistis inovasi ini dapat menjadi jembatan antara tradisi dan kebutuhan interior modern. Karakter produk yang lurus, kaku, dan semi-transparan dari kombinasi bambu dan benang menjadikannya ideal sebagai window blind, dengan potensi pengembangan ke produk interior lain seperti wall hanging dan taplak.

“Diversifikasi ini diharapkan mampu memperluas pangsa pasar di segmen interior, sekaligus menghadirkan solusi dekorasi rumah yang unik, alami, dan bernuansa etnik,” tutupnya. (*)

 

Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.