
PemerintahJepang akan melakukan pembukaan pada pembatasan hubungannya setelahbeberapa bulan memblokir jalur masuk internasional, termasuk bagi warga lokaldan pelajar yang datang dari luar negeri.
Mengutip NHKWorld Japan, Minggu (4/10/2020), sejak 1 Oktober, orang dengan izintinggal jangka menengah atau jangka panjang, seperti petugas profesional medisdan pendidikan, pebisnis, dan pelajar sudah boleh kembali masuk ke Jepang.
Namunmereka hanya boleh masuk jika penjaminnya, seperti tempat mereka bekerja atausekolah, memastikan bahwa mereka akan menyediakan fasilitas karantina selamadua pekan setelah mereka sampai di Jepang.
Selamamasa karantina tersebut, orang-orang yang diperbolehkan kembali masuk Jepangharus tinggal di hotel atau akomodasi lainnya dan tidak diperkenankanmenggunakan kendaraan umum. Adapun, petugas kesehatan lokal akan melakukanpemeriksaan kesehatan kepada para pendatang setiap hari selama karantina.
Profesordari International University of Health and Welfare Wada Koji mengatakan, aturantersebut tidak akan memberikan risiko besar jika pada pendatang benar-benarmelakukan karantina mandiri selama dua pekan dan bisa mengunjungi dokterapabila mereka merasa sakit atau bergejala.
Selainitu, sejumlah layanan baru juga diluncurkan untuk membantu para pendatangmelakukan karantina selama dua pekan. MyNavi Corporation di Tokyo misalnya,memastikan aturan karantina dua pekan tersebut dipatuhi dan diawasi secaraketat.
Padastafnya akan membawa pendatang ke akomodasi yang sudah dipilih menggunakanmobil yang sudah disewakan. Para pendatang juga akan diberikan ruang pribadiyang dilengkapi dengan peralatan elektronik seperti mesin cuci dan kulkas.
Perusahaanlainnya, Toppan Travel Service, menawarkan pendatang untuk dikunjungi oleh stafsetiap hari dan diwawancarai menggunakan bahasa ibunya selama melakukankarantina. Operator akan mengawasi lokasi dan informasi pendatang melaluigawainya dan memastikan mereka tetap berada di dalam ruangan.
SekolahBahasa SAMU di Shinjuku, Tokyo, juga diperkirakan bakal menerima 190 siswauntuk tahun ajaran baru. Namun 180 di antaranya tidak bisa datang ke Jepang.
Akhirnya,sekolah tersebut bersedia menyediakan fasilitas untuk para siswa yang datangdari luar negeri untuk melakukan isolasi mandiri selama dua pekan. Otoritassekolah juga akan bekerja sama dengan sejumlah hotel untuk isolasi para siswayang datang, namun kemungkinan akan menelan biaya yang cukup besar.
Menyiasatikondisi ini, para guru melakukan pembelajaran secara daring. Namun, hal itusangat disayangkan bagi para pelajar yang berupaya untuk bisa belajar langsungdi Negeri Sakura.
SatoYuriko, Profesor di Tokyo Institute of Technology, mengatakan bahwa pemerintahharus menawarkan bantuan jangka panjang kepada 350.000 pelajar asing yangbelajar di Jepang (Ist)