
KEDIRI (Lenteratoday) - Makanan tradisional tiwul, sudah banyak dikenal masyarakat. Tapi tiwul buatan Poniem, warga Dusun Sekar Putih, Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, beda dari tiwul pada umumnya. Tiwul organik dalam kemasan itu diyakini mampu mencegah kolesterol dan diabetes.
Tiwul adalah makanan berbahan dasar ketela pohon atau singkong yang sudah dibusukkan (gaplek). Tiwul mempunyai rasa unik dan kerap dijadikan pengganti nasi. Bagi masyarakat di lereng Gunung Wilis Kediri, makanan itu menjadi menu favorit yang dipertahankan secara turun temurun.
Poniem adalah salah satu yang melestarikan penganan tradisional tersebut. Bahkan, perempuan desa yang aktif dalam organisasi pertanian organik ini berhasil menciptakan tiwul organik dalam kemasan.
"Bagi masyarakat di sini, tiwul menjadi menu istimewa. Kami lebih sering memasak tiwul daripada nasi putih (beras). Terlebih, apabila ada saudara yang datang, kami pasti memasaknya, karena memang dicari," ungkap Poniem, anggota Kelompok Tani Wanita Srikandi ini, Senin (2/11/2020).
Poniem dan sesama petani wanita berusaha memasarkan menu khas tersebut agar bisa diterima oleh khalayak umum dengan lebih modern dan higienis. Mereka membuat tiwul organik kemasan tiwul 1 kilogram (kg) yang dijual dengan harga Rp 10.000.
Poniem meyakinkan, selain bebas bahan kimia, tiwul buatan masyarakat Dusun Sekar Putih memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Tiwul cocok untuk mencegah kolesterol dan penyakit diabetes, karena rendah kandungan gulanya.
"Bahan tiwul dari ketela ditanam di hutan tanpa pupuk kimia. Berbeda dengan padi yang banyak memakai pupuk kimia. Jadi tiwul kita, buatan Dusun Sekar Putih, cocok untuk mencegah diabetes dan kolesterol," imbuhnya.
Diuraikan, proses pembuatan tiwul hingga dikemas, membutuhkan waktu cukup panjang. Mulai dari pengupasan ketela, kemudian dibersihkan menggunakan air. Selanjutnya, ketela dijemur di bawah terik matahari untuk mendapatkan gaplek. Berikutnya, digiling sehingga menjadi tepung tapioka. Setelah menjadi tepung, kemudian ditanak menjadi butiran tiwul, lalu dikemas.
"Bila sudah menjadi butiran tiwul, dijemur kembali sebelum akhirnya dikemas. Jika ingin memasaknya, cukup ditanak seperti beras," imbuh Poniem.
Dari bahan gaplek tersebut, masyarakat setempat dapat menciptakan beberapa menu olahan. Utamanya untuk nasi tiwul, gatot (rendaman gaplek ditanak dan dicampur parutan kelapa dan garam), gunung rembes (nasi tiwul dicampur parutan kelapa dan gula merah).
Diakui Poniem, masyarakat setempat mengalami kendala pemasaran produk tiwul organik tersebut. Selain karena berada di daerah nan jauh dari keramaian, kebanyakan dari mereka masih belum familiar dengan teknologi informasi (TI) untuk memasarkan produknya. Terlebih di era pandemi ini, permintaan produk mereka menurun drastis.
"Selama ini baru terjual untuk seputaran wilayah Kecamatan Semen saja dan sebagian daerah di Kabupaten Kediri," terang Poniem.
Perlu diketahui, Pemkab Kediri telah memanfaatkan Kantor eks-Karesidenan Papar, menjadi wadah pemasaran bagi produk-produk UMKM Kabupaten Kediri. Pemerintah telah menjaring 500 pelaku UMKM untuk ikut memasarkan produk mereka di SIK (Sentra Industri Kreatif) Papar.
Fasilitas yang telah disediakan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya karena setiap pelaku UMKM yang memenuhi kualifikasi bisa memanfaatkan. Tak terkecuali produk tiwul organik khas lereng Wilis dari Dusun Sekar Putih. Ditunjang lokasinya yang strategis di pinggir jalan utama Kediri-Surabaya, maka SIK mudah dijangkau dan tujuan bagi wisatawan.
Sentra Industri Kreatif Papar berada di Jl. Raya Papar No. 136 Kecamatan Papar Kabupaten Kediri, tepatnya di jalan raya arah Kertosono. Di sini tersedia aneka ragam produk, mulai dari olahan makanan dan minuman, handycraft, batik, sembako, hingga peralatan rumah tangga. (gos/adv)