
BANDUNG (Leneratoday) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat harus siap-siap memperbesar anggaran pembelian mobil. Sebab, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memutuskan penggunaan mobil listrik dan motor listrik untuk kendaraan dinas pada tahun 2021 mendatang.
Penggunaan mobil listik diputuskan karena mobil ini sangat ramah lingkungan. Selain itu, mobil listrik juga mendirikan pabrik di Kabupaten Karawang. Gubernur yang akrab disapa Emil ini mengatakan kebijakan konversi kendaraan dinas dari yang berbahan bakar minyak menjadi yang berbahan listrik tersebut sebagai bagian kampanye penyelamatan lingkungan, menekan potensi bencana alam yang diakibatkan oleh emisi gas yang berlebihan, sampai penghematan anggaran. https://www.youtube.com/embed/WHrpDBEHuKg
"Pemprov Jabar sedang menyusun kebijakan. Karena sekarang produksinya sudah massal, maka mulai tahun depan (2021) di anggaran-anggaran pembelian mobil dinas, itu wajib mobil listrik dan motor listrik," katanya.
Setiap pengadaan kendaraan dinas ke depannya, katanya, mulai untuk mobil dinas gubernur sampai ASN di bawahnya, akan menggunakan mobil bertenaga listrik. "Jadi, Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi pertama yang mewajibkan kebijakan ini. Minimal kendaraan dinas dari gubernur sampai level bawah, dari bentuk mobil sampai motor, adalah mobil dan motor listrik yang tersedia di pasaran," ujarnya.
Mengenai merek mobil dinas yang bakal direkomendasikan untuk kendaraan dinas Pemprov Jabar, Emil menyebut merek Hyundai. Menurutnya, dengan kisaran harga Rp 600 juta hingga Rp 700 juta, mobil listrik Hyundai cocok digunakan untuk kendaraan dinas. Pabriknya pun sudah hadir di Jawa Barat.
Emil juga menyebutkan dengan menggunakan mobil dan motor listrik, biaya bahan bakar dapat ditekan hingga tersisa seperlimanya. Menurut Emil, untuk jarak tempuh sejauh 350 kilometer, mobil listrik hanya perlu biaya Rp 50.000.
Kampanye penggunaan mobil listrik ini, ujarnya, sebagai upaya penyelamatan lingkungan. Selama ini, angka kebencanaan di Jabar terus meningkat dari seribuan kejadian per tahun menjadi dua ribuan kejadian per tahun. Sebagian besar adalah bencana yang disebabkan kerusakan lingkungan.
"Kita kampanyekan sebagai konversi energi karena semakin tingginya kebencanaan itu, seperti la nina, kebakaran hutan, itu akibat emisi gas buang yang selalu berlebih," papar dia.(ST1)