23 April 2025

Get In Touch

Tes Penciuman Pemeriksaan Covid-19 Lebih Baik Daripada Cek Suhu Tubuh

Ilustrasi tes daya cium (Gettyimages)
Ilustrasi tes daya cium (Gettyimages)

[JAKARTA] Lenteratoday -Melakukan tes kemampuan penciuman dianggap lebih efektif sebagai cara penapisan atau screening gejala awal Covid-19 dibanding pengetesan suhu tubuh.

Kenapa tes kemampuan mencium lebih baik daripada pengecekan suhu tubuh sebagai alat penapisan?

Tempat-tempat umum seperti kantor, pusat perbelanjaan, dan restoran mulai kembali dibuka. Sebagai langkah awal pencegahan, dilakukan pengecekan suhu tubuh yang hampir semuanya menggunakan termometer non-kontak seperti thermogun atau thermal scanner.  

Sayangnya pemeriksaan suhu bisa jadi sangat tidak efektif menunjukkan apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak. Alasannya karena hasil pengukuran suhu dan alat termometer non-kontak ini tidak bisa diandalkan karena hanya mengukur suhu kulit. 

Berdasarkan data dari 4 juta orang, hilangnya kemampun penciuman bau (anosmia) adalah gejala utama Covid-19 yang dialami. 

Ahli epidemiologi Inggris, Tim Spector menyoroti data yang dihimpun dari aplikasi ZOE yang mereka kembangkan. Sekitar 65 persen orang dewasa yang positif Covid-19 melaporkan kehilangan kemampuan penciuman. Sebanyak 16 persen dari yang positif Covid-19 mengatakan bahwa kehilangan penciuman satu-satunya gejala yang mereka rasakan. 

Selama infeksi Covid-19, kehilangan penciuman berlangsung sekitar tujuh hari dan seringkali lebih lama. Sementara gejala demam hanya berlangsung selama tiga hari untuk kebanyakan orang.

Studi yang dilakukan University College London menyebut kehilangan penciuman adalah tanda kuat bahwa seseorang terinfeksi Covid-19. Dalam banyak kasus gejala ini terjadi tanpa gejala lainnya seperti batuk atau demam. 

Secara keseluruhan, data menunjukkan bahwa hilangnya indra penciuman secara tiba-tiba adalah gejala awal Covid-19 yang lebih umum daripada demam di semua kelompok umur. Fakta ini yang membuat tes penciuman Covid-19 disebut sebagai prediktor yang jauh lebih baik. 

Tim Spector mengatakan gejala anosmia ini bisa terjadi lebih lama dari pada infeksinya sendiri. Seseorang bisa jadi masih mengalami kehilangan penciuman padahal virus penyebab Covid-19 yang ia alami sudah tidak berpotensi menularkan.

Kedua, berkurangnya kemampuan indra penciuman cukup umum terjadi. Hampir 20 persen orang dewasa mengalami kehilangan penciuman, angka ini meningkat menjadi 80 persen untuk usia di atas 75 tahun. 

Banyak juga yang kehilangan indra penciuman saat mengalami hidung tersumbat yang disebabkan oleh flu biasa atau sinusitis. Meskipun hidung tersumbat tidak dianggap sebagai gejala Covid-19.

Ini berarti meskipun tes kemampuan penciuman dapat mengidentifikasi orang dengan Covid-19, tapi penyebab hilangnya penciuman pun sangat beragam. Artikel ini sudah tayang di E-Paper Lenteratoday edisi hari ini (Selasa, 17/11/2020) -Ist.

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.