19 April 2025

Get In Touch

Bencana Mengancam 22 Daerah di Jatim

Gubernur Jawa Timur, Khofiifah Indar Parawansa meninjau kesiapan petugas saat Apel Siaga Darurat Bencana di Makodam V Brawijaya, Senin (23/11/2020).
Gubernur Jawa Timur, Khofiifah Indar Parawansa meninjau kesiapan petugas saat Apel Siaga Darurat Bencana di Makodam V Brawijaya, Senin (23/11/2020).

SURABAYA (Lenteratoday) - Beberapa potensi bencana saat puncak musim hujan pada Desember 2020 - Maret 2021 mendatang mengancam kawasan Jawa Timur. Setidaknya ada 22 daerah di Jatim yang rawan terjadi bencana. Untuk itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meminta masyarakat waspada.

Khofifah menyebut, bencana hidrometeorologi yang rawan terjadi seperti banjir akibat luapan sungai. Seperti Sungai Bengawan Solo yang luapannya bisa membanjiri wilayah Bojonegoro, Magetan, Madiun, Lamongan, Gresik, Ngawi, dan Tuban. Kemudian potensi banjir akibat luapan sungai Berantas, yakni Malang Raya, Kediri, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Probolinggo, Surabaya, Bondowoso, Lumajang, Banyuwangi, dan Jember.

Sedangkan di Pasuruan, banjir berpotensi diakibatkan oleh luapan sungai Welang. Demikian juga di Madura, beberapa daerah biasa terdampak luapan Sungai Kemuning. Bencana hidrometeorologi yang lain adalah longsor, yakni harus diwaspadai wilayah Jombang, Ponorogo, Kediri, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Batu, dan Pacitan.

“Jatim menjadi salah satu provinsi yang secara geografis serta geologis memiliki kerentanan terhadap bencana, baik alam maupun non alam. Maka dari itu, penanganan bencana harus dilakukan dengan bersinergi dan kolaborasi antar lini, mulai pemerintah provinsi, kota, kabupaten , kampus, swasta , media serta masyarakat. Prinsipnya pendekatan pentahelix disinergikan,” kata Khofiifah saat Apel Siaga Darurat Bencana di Makodam V Brawijaya, Senin (23/11/2020).

Untuk itu, Khofifah meminta agar masyarakat tetap waspada dan siap siaga terhadap ancaman bencana hidrometeorologi akibat fenomena La Nina, mulai dari banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung yang bisa terjadi kapan saja. Dia juga meminta supaya masyarakat ihtiar sambil berdo'a agar semua terantisipasi tanpa korban.

Dia menandaskan bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara rutin merilis peringatan dini untuk mewaspadai hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang dan petir. Peringatan dini ini, menurut Khofifah hendaknya menjadi semacam alarm bagi masyarakat untuk terus meningkatkan kesiap-siagaan dan kewaspadaan.

Khofifah juga menandaskan bahwa dengan memperkuat pentahelix menjadi bagian penguatan bersama dalam mengantisipasi bencana alam dan non alam. Dengan demikian diharapkan dampak terhadap resiko bencana dapat diminimalisir.

Khofifah mewanti-wanti kepada pemangku kepentingan di seluruh Kabupaten/Kota untuk melakukan mitigasi dan menyiapkan sejumlah skenario penanganan bencana. Hal ini penting karena jika bencana alam ini diantisipasi dan tidak tertangani dengan baik maka akan berpotensi pada meningkatnya angka kemiskinan di Jatim. Setiap bencana beresiko terhadap tambahnya kemiskinan.

“Pemulihan dampak sosial dan ekonomi karena pandemi Covid-19 sedang dilakukan recovery secara bersama- sama. Upaya tersebut jangan sampai tersendat karena adanya potensi bencana hidrometeorologi. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama untuk meminimalisir dampak bencana yang dapat ditimbulkan,” pungkasnya. (ufi)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.