
Oleh : Siti Aisya,S.Pd.SD (Pengajar SDN Pandanan 2 Kwanyar, Bangkalan)
Mencapai keberhasilan pendidikan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Begitu pula ketika berbicara masalah kegagalan. Tidak serta merta kegagalan itu disebabkan oleh satu faktor saja.
Misalnya siswa ada yang belum bisa membaca lancar, meskipun sudah berada di tingkat kelas tinggi. Berbagai terobosan pun harus dilakukan oleh pendidik agar siswa tersebut bisa membaca lancar.
Salah satu yang dilakukan memanfaatkan buku bacaan dari kelas rendah untuk meningkatkan minat baca dari siswa yang mengalami kesulitan tersebut. Seperti manusia pada umumnya, anak-anak juga memiliki rasa ingin tahu besar untuk mengenal dunia. Dan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui bacaan.
Membaca adalah mengungkapkan suatu imajinasi terhadap suatu pembaca yang disukai khalayak ramai dan juga dimengerti oleh seseorang yang dicintai. Belajar bukan hanya menulis, dan menghitung saja. Tetapi di dalam proses belajar membaca juga sangat di butuhkan.
Sayangnya, beberapa anak mengalami kesulitan belajar (learning disability). Learning disability adalah ketidakmampuan belajar yang terjadi pada anak-anak dan dimanifestasikan oleh kesulitan belajar keterampilan dasar seperti menulis, membaca dan matematika.
Salah satu penyebab kesulitan belajar adalah karena disfungsi otak yang terjadi secara minimal (minimal brain dysfunction). Dikutip dari tulisan Razak (2013), otak merupakan perangkat yang penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan manusia dalam melakukan berbagai kegiatannya, termasuk kegiatan belajar seperti kegiatan membaca.
Inilah yang menjadi tugas guru, untuk meningkatkan minat siswa dalam membaca. Sebab, mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar juga merupakan konsekuensi logis dari penyerapan informasi dalam benak siswa, belajar memerlukan keterlibatan mental siswa.
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan untuk kemudahan belajar bagi peserta didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas pengap, meja dan kursi berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, seringkali menyebabkan peserta didik ngantuk dan malas belajar. Dikutip dari Darmadi (2015), guru pun harus dapat menciptakan lingkungan pembelajaran, yang Aktif, Kreratif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).
Hal itulah yang dihadapi SDN Pandanan 2 Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Minat baca anak tergolong masih rendah. Beberapa siswa masih belum bisa membaca walaupun mereka sudah berada di kelas tinggi. Sebagai fasilitator, guru tidaklah tinggal diam. Berbagai cara pun dilakukan untuk meningkatkan minat baca siswa. Sehingga tidak ada lagi siswa yang kesulitan membaca bahkan belum bisa membaca.
Untuk itu, kemampuan guru harus ditingkatkan, termasuk dalam mengelola sarana dan prasarana serta menciptakan situasi belajar dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekolah. Sehingga meski dalam keadaan yang minim, tetap memungkinkan memperoleh hasil memuaskan.
Di SDN Pandanan 2, semua pihak mulai dari kepala sekolah, guru dan perangkat sekolah memutuskan untuk menerapkan teknik membaca buku kelas rendah yang diharapkan mampu meningkatkan minat baca kelas tinggi. Penerapan teknik tersebut dilakukan melalui kegiatan literasi yang dilakukan 15 menit sebelum waktu pembelajaran dimulai.
Awalnya penerapan teknik ini mengalami kendala karena minat siswa untuk membaca sangatlah rendah. Namun berkat ketelatenan guru, lambat laun minat membaca mulai timbul di hati siswa dan siswi SDN Pandanan 2 Kwanyar.
Diharapakn dengan penerapan teknik ini, minat membaca siswa semakin meningkat dan tidak ada lagi siswa yang tidak bisa membaca. Harus ada kerjasama antara pihak sekolah dan masyarakat, agar cara ini bisa diterapkan dengan efektif. Diharapkan siswa tidak hanya melakukan kegiatan membaca di sekolah saja, namun bisa melakukannya di rumah yang tentunya membutuhkan pengawasan dari orang tua.
Keberhasilan pendidikan bukan hanya semata – mata tugas dari sekolah dan para guru yang mengajarnya. Lebih dari itu, keberhasilan pendidikan juga menjadi tugas orang tua dan masyarakat. Pembelajaran di sekolah dapat dikatakan sukses manakala mampu menginteraksikan berbagai macam kemampuan seperti kurikulum, sarana-prasarana, materi pelajaran. Mengevaluasi semua aspek yang berpengaruh dalam proses pembelajaran. (*)