20 April 2025

Get In Touch

Teknologi Telepati, Membaca Pikiran di Medan Perang

Telepati, teknologi membaca pikiran di medan perang (Ist)
Telepati, teknologi membaca pikiran di medan perang (Ist)

Laboratorium Penelitian Komando Pengembangan Kemampuan Tempur Angkatan Darat Amerika Serikat berhasil membedakan sinyal otak dan mengembangkan teknologi telepati.

Para peneliti dapat mengidentifikasi sinyal otak mana yang mengarahkan gerakan, atau sinyal yang relevan dengan perilaku, dan kemudian menghilangkan sinyal tersebut dari sinyal otak lain yang dianggap tidak relevan dengan perilaku.

Kendati rencana itu tak masuk akal, tapi Pentagon memandang serius pengembangan ini. Bahkan, jutaan dolar telah digelontorkan untuk membangun tentara super Paman Sam.

Dr Hamid Krim, seorang manajer program di Kantor Riset Angkatan Darat berpendapat bahwa teknologi telepati ini pada akhirnya dapat memberi tentara AS keunggulan di garis depan.

“Tujuan dari proyek AS-Inggris yang cukup besar ini disebut sebagai antarmuka mesin-otak," ujarnya seperti dilansir dari Express UK.

Laboratorium mencoba untuk membuat otak manusia dan mesin terlibat dalam komunikasi dan dialog dupleks, sehingga jika mesin benar-benar dapat membaca 'pikiran', pada gilirannya dapat memberi sinyal umpan balik kepada seseorang untuk membuat pesanan.

Jika seorang tentara berada dalam situasi di mana mereka tidak dapat berbicara, atau tidak dapat berbicara dengan suara keras untuk melakukan percakapan, mereka dapat melakukan percakapan diam-diam dengan mesin, yang pada gilirannya dapat berkomunikasi dengan tentara lain.

Penelitian ini juga dapat memiliki konsekuensi untuk mendeteksi stres. Jika, orang tersebut mungkin mulai stres, lelah, atau terlibat dalam suatu aktivitas, mesin dapat mengingatkan tentang hal itu.

Eksperimen tersebut juga melibatkan peneliti dari University of Southern California, Duke dan New York University, bekerja sama dengan para ahli dari Oxford University dan Imperial College London. Ini melibatkan pemantauan tindakan monyet yang meraih bola untuk memisahkan sinyal gerak otak dari aktivitas lain.

Dr Krim yakin "komunikasi dupleks penuh" akan segera terjadi. "Ini bukan hanya kue di langit - ini mungkin, beberapa tahun, mungkin satu dekade atau sesuatu di masa mendatang, tetapi bagaimanapun, ini realistis," tegasnya

Kapan akan tersedia? Krim mengatakan bergantung pada minat, ekonomi, dan faktor lainnya. Namun, meskipun kemajuan signifikan dibuat dengan antarmuka otak manusia, kemajuan teknologi terhambat oleh kerumitan otak yang membingungkan. Dasar neurologis untuk kondisi emosional masih jauh dari pemahaman. Artikel ini sudah tayang di E-Paper Penteratoday edisi hari ini (Senin, 21/12/2020) -Ist.

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.