
SURABAYA (Lenteratoday) - Dr. Fitrianawaty, UTD PMI Kota Surabaya, menyampaikan tentang kriteria pendonor dan tahapan yang harus dilalui oleh pendonor yang selama ini menjalankan donor plasma darah konvalesen di UTD PMI Surabaya.
Kriteria pendonor usia 17 sampai 60 tahun, swab terakhir harus negatif, donor dilakukan setelah 14 hari terhitung dari swab negatif terakhir, berat badan minimal 55 kg, tidak pernah menerima transfusi darah, tidak mempunyai penyakit bawaan, diutamakan laki-laki dan perempuan yang belum mempunyai anak atau belum pernah melahirkan.
"Pendonor akan diambil sampel darahnya untuk discreening dan diproses selama satu hari. bila lolos screening maka donor plasma dapat dilakukan di hari berikutnya. Untuk selanjutnya donor bisa dilakukan lagi per dua minggu lagi apabila masih terdapat cukup imun anti covid-19 dalam darah pendonor," paparnya, Sharing Session perihal Plasma Darah Konvalesen, Tenda A (Ruang Rapat Utama dan Administrasi) RSLKI, Minggu pagi (3/1/2020).
Unit yang bisa menjalani proses tersebut adalah UTD PMI Surabaya, Malang dan Sidoarjo. Untuk PMI Surabaya, hingga saat ini memiliki 3 mesin pengolah plasma darah dengan kapasitas per-mesin menangani 10 pendonor tiap hari. Jadi untuk PMI Surabaya hanya bisa melayani 30 pendonor plasma tiap hari.
"Sedangkan untuk proses screeningnya tidak mengacu pada kapasitas mesin, tetapi dapat dilayani berapapun yang screening hari itu," sambungnya.
Layanan di PMI Surabaya, Jl. Embong Ploso dapat dilakukan tiap hari tanpa mengenal libur dari jam 07.00 hingga jam 20.00 WIB.
Dr. Agi Herlina UTD RSUD Dr. Soetomo, menyampaikan perlunya edukasi bagi para penyintas sejak dini, guna kesiapan mereka menjadi pendonor plasma darah konvalesen berdasarkan kemauan diri sendiri. Selain itu, edukasi tentang kegunaan dan fungsi donor darah konvalesen kepada masyarakat luas, agar lebih mengenal donor plasma darah dan hal tersebut sangat penting dalam salah satu upaya memberikan pertolongan bagi para penderita Covid-19 kategori sedang dan berat.
"Keberadaan para penyintas Covid-19 juga sangat berarti berkenaan dengan potensi mereka sebagai pendonor. Untuk layanan donor plasma darah konvalesen, karena RSUD Dr Soetomo juga merupakan rumah sakit pendidikan maka donor plasma darah di situ lebih diutamakan untuk kepentingan penelitian," terangnya.
Dimana syarat sebagai pendonor lebih ringan dan leluasa dibandingkan dengan syarat di PMI. Salah satunya, untuk pendonor wanita yang sudah menikah, dapat diterima di UTD RSUD Dr Soetomo. Kapasitas screeningnya 3-4 orang per hari, dilaksanakan pada hari senin sampai dengan kamis. Donor juga sama, 3-4 orang per-hari. Dilaksanakan setiap hari kerja, senin sampai dengan jum’at, pkl. 08.00-16.00 WIB.
Pada kesempatan selanjutnya, Drs. Edy Sukotjo, Ketua Ikatan Alumni Covid-19 RSLI, Dinkes Provinsi Jawa Timur, menyampaikan kondisi kekinian yang dihadapi oleh para penyintas yang tergabung dalam Ikatan Alumnii Covid-19 RSLI Jawa Timur yang ia pimpin.
"Banyaknya permintaan donor plasma yang berkisar 100 pasien per-hari dari seluruh Indonesia, belum dapat terpenuhi karena keterbatasan alat, keterbatasan jumlah pendonor," ungkapnya.
Support bagi para penyintas yang siap untuk donor plasma darah juga dirasakan kurang, sehingga upaya penggalangan bagi para pendonor juga mengalami kendala.
Dari inventari kondisi dan permasalahan yang muncul dari paparan para pihak di sharing session ini akan ditindaklanjuti dan diadakan pertemuan lanjutan guna mengambil langkah-langkah kongkrit mengatasi hambatan dan kendala yang ada.
"Sudah selayaknya diupayakan tentang perlunya dilibatkan teman teman Penyintas alumni RS Lapangan Indrapura utk mendukung mobilisasi Penyintas dalam upaya penyediaan plasma konvalesen. Untuk itu perlu didukung dengan data base pasien, dengan tetap menjaga kerahasiaan pasien," katanya.
Perlunya dukungan fasilitas call center plasma konvalesen RS Lapangan Covid-19 serta edukasi tentang manfaat plasma konvalesen pada pasien Covid-19 pada saat sedang menjalani perawatan isolasi. Inisiasi dan upaya diselenggarakannya even untuk menjaring pendonor plasma konvalesen.
"Misalnya donor darah plasma konvalesen massal harus segera diwujudkan. Mengingat keterbatasan kapasitas mesin per hari, maka akan dilakukan koordinasi utk mengatur distribusi pendonor, serta yang tidak kalah pentingnya adalah perlu adanya kerjasama dari pihak lain guna pengadaan alat, agar pelaksanaan donor plasma bisa lebih ditingkatkan," pesannya.
Harapannya adalah upaya memberikan layanan plasma darah konvalesen untuk tujuan kemanusiaan haruslan ditingkatkan membawa kemanfaatan yang lebih banyak, dan dapat terlaksana apabila dukungan dari banyak pihak bisa digalang dan dikoordinasikan dengan baik. (Ard)