19 April 2025

Get In Touch

Baru Menikah, Warga Kelahiran Jember Jadi Salah Satu Korban Sriwijaya Air

Warga Jember Ngadi Suwito menunjukkan foto pernikahan keponakannya, Suwito yang menjadi salah satu korban jatuhnya Sriwijaya Air
Warga Jember Ngadi Suwito menunjukkan foto pernikahan keponakannya, Suwito yang menjadi salah satu korban jatuhnya Sriwijaya Air

JEMBER (Lenteratoday) - Salah seorang korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan pulau Seribu Jakarta Utara, ternyata pria kelahiran asal Jember. Dikabarkan, pria bernama Mulyadi ini baru menikah akhir November 2020 lalu. Korban diberitakan tewas dalam musibah itu bersama istri, mertua, dan asisten istrinya.

"Jadi saudara saya,  Mulyadi menikah dengan  Makrufatul Yeti Sri pada 28 November 2020. Setelah itu, karena kesibukan Mulyadi langsung balik ke Jakarta. Mulyadi sering terbang Pontianak –  Jakarta, karena profesinya sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Jakarta," ujar sang paman Ngadi Suwito, warga Dusun Krangkongan Desa Tegal Wangi Kecamatan Umbulsari, Jember, Senin (11/1/2021).

Dalam Manifest penumpang, Mulyadi tercatat pada nomer urut 27, sedangkan  Makrufatul Yeti Sri, diurutan 26.Dia menambahkan, selain mengajar Mulyadi juga menjalankan bisnis apartemen di Jakarta. Sedangkan istrinya merupakan dosen salah satu perguruan tinggi di Pontianak.

Pada hari Rabu 6 November 2020, atau 3 hari sebelum terbang menggunakan Sriwijaya Air, Mulyadi sempat telepon dan menyatakan akan pulang ke Sintang, Kalimantan Barat. Mulyadi meminta Ngadi Suwito segera merencanakan perjalan untuk menemuinya di Sintang.

"Kontak lewat telepon itu, jadi obrolan terakhir antara paman dan keponakan. Seperti ada firasat, Mulyadi berpesan agar cepat-cepat berangkat bila masih ingin bertemu dia. Saya diminta ke Sintang karena tidak bisa hadir waktu pernikahan karena masih pandemi," ujarnya.

Ngadi Suwito adalah paman, adik kandung Ponijan, ayah Mulyadi. Tahun 1978 pernah dititipi Mulyadi untuk tinggal di Dusun Krangkongan, Desa Tegal Wangi, Kecamatan Umbulsari. Ponijan kala itu merantau ke Lampung. Tahun 1982, Ponijan transmigrasi ke Desa Ngrengat, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Sejak tahun 1982 Mulyadi tinggal di sana juga. “Balitanya Mulyadi disini, sekitar 4 tahunan, lalu dia tinggal sama kakak saya di daerah transmigran,” tuturnya. Dia berharap agar jenazah saudaranya bisa segera ditemukan. (mok)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.