21 April 2025

Get In Touch

ITS Serahkan Alat Deteksi Virus Covid-19 Ke RSI Jemursari

I-Nose-C-19 saat diserahkan ke RSI Jemur Sari Surabaya
I-Nose-C-19 saat diserahkan ke RSI Jemur Sari Surabaya

SURABAYA (Lenteratoday) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), menyerahkan salah satu inovasi alat deteksi Virus Covid-19, I Nose C 19, kepada Rumah Sakit Islam Jemursari, Senin sore (22/2/2021). Alat tersebut dilakukan uji profile oleh rumah sakit. Diharapkan bisa bermanfaat bagi publik guna mengetahui indikasi virus di dalam tubuh.

Dalam uji cobanya, alat itu menggunakan selang untuk diletakkan ke ketiak, kemudian I-nose C19 akan menghisap (VOC) Volatile organic compound dari keringat ketiak, lalu Gas VOC yang didapat diubah menjadi sinyal listrik, yang diolah dengan artificial intelligence. Setelah itu, Hasil skrining muncul berupa sertifikat skrining otomatis terkirim via whatsapp. Dan yang terakhir verifikasi keaslian sertifikat via i-nose.id

Keunggulannya adalah Axillary sweat non infectious. Limbah maupun udara tidak mengandung Covid-19, Waktu sampling dan proses butuh waktu 3,5 menit, Sampling dan proses dalam satu alat. I-nose C-19 sangat praktis karena pengambilan sampel dan komputasi artificial intelligence dalam 1 alat.  NFC untuk mencatat identitas. Membuat pengisian data lebih mudah dan cepat.

Data terjamin handal karena disimpan di alat maupun cloud. Dapat terintegrasi publik, pasien, dokter, ruang sakit, dan laboratorium. Artificial intelligence untuk skrining. Hasil skrining terkirim via WhatsApp

Principal Inventor, Prof Drs. Ec. Ir. Riyanarto Sarno, menuturkan, Inovasi untuk Covid-19 tidak mudah. Ada lembaga penelitian yang melihat dan memantau perkembangannya. Jauh-jauh hari Menteri sudah support dan dibantu mengumpulkan data PCR.

"Standar kebenaran adalah PCR. Di Indonesia, PCR yang wajib adalah gen N. Kalau batasnya adalah 35, maka 37 sudah baik. Kami berharap data nilai bisa digunakan. Kalau ada nilainya, bisa dimanfaatkan," ujarnya.

Cara kerjanya, lanjut Riyanto, menggunakan sensor Rey dengan skala lebar untuk menangkap gejala. Dari itu bisa menunjukkan ciri ciri orang yang terpapar atau tidak. Tandanya dilihat dari keringat ketiak. Karena banyak kelenjar ketiak atau Volatile organic compounds belum banyak diketahui di dunia medis. Tingkat akurasinya saat ini 91 persen

"Sedang uji produk untuk produksi massal. Lalu uji profil. Ada 2000an data. Supaya Akurasi mencapai 94 persen, bisa mengajukan izin edar di Kemenkes. InshaAllah dengan bantuan RS butuh waktu 3 bulan. September bisa digunakan," jelasnya.

"Kalau PCR, 5 hari sekali standarnya. Kami berharap bisa untuk skrining. Karena biayanya murah. Sekitar 10 ribu per sampling. Bisa digunakan dengan murah dan tidak takut di swab lagi. Awareness masyarakat bisa ditingkatkan. Manfaat sampling, keringat ketiak tidak infeksius. Walaupun pasien Covid-19 positif, tapi keringat ketiaknya negatif," imbuhnya.

Riyanto menyebutkan, pihaknya bukan cuma sekedar meneliti, mengeluarkan konsep dan artikel. Tapi dihilirkan, sampai jadi sebuah produk untuk memberi manfaat bagi masyarakat.

"Jadi penelitian itu bisa ada produk untuk masyarakat. Itu visi misi kami. Dari kerjasama ini, I nose dibutuhkan di masa pandemi. Ini alat skrining yang murah cepat dan tidak bahaya," tegasnya.

Hal yang sama juga diutarakan, oleh M Nuh, Ketua Majelis Wali Amanat ITS. Ia berterima kasih kepada ITS, yang ikut menyelesaikan pandemi. Kedepan, alat itu dikembangkan untuk skrining. Maka harus memenuhi 3 syarat.

"Biaya harus terjangkau, tadi disampaikan nggak sampai 10 ribu. Kecepatannya kalau nunggu 2 jam sudah selesai lagi. Ini 2-3 menit bisa disimpulkan positif negatifnya. Ketiga aman," jelasnya.

"Selang yang masuk ke ketiak itu kan aman. Baik yang dites untuk pasien positif maupun calon skrining yang di depan. Sebelum ke PCR, bisa pakai alat ini PCR positif, oke, nanti dipelajari, ada learning process," sambungnya.

Menurutnya, Ini pakai artificial intelligence untuk menghimpun ribuan data. Bisa digunakan untuk yang positif Covid 19 maupun negatif. Biayanya kurang dari 10 ribu.

"Ini tidak menggantikan tes PCR. PCR itu kan lama, rupiahnya juga tinggi. Ini butuh penanganan cepat. Misal kalau dari proses PCR dan i-nose sama, maka Bisa dipakai di depan. Kalau butuh diagnosa awal, ini sudah dapat," terangnya.

Ia juga menilai, alat itu baru punya Makna kalau sudah dipakai di publik. Harus ada Bukti real karena ini alat kesehatan. RSI Jemursari satu satunya rumah sakit swasta yang bertipe rumah sakit pendidikan. (Ard)

Berikut Keunggulan menggunakan I-nose-c-19

1. Axillary sweat non infectious. Limbah maupun udara tidak mengandung covid-19

2. Waktu sampling dan proses butuh waktu 3,5 menit

3. Sampling dan proses dalam satu alat.

I-nose c-19 sangat praktis karena pengambilan sampel dan komputasi artificial intelligence Dalam 1 alat.

4. NFC untuk mencatat identitas. Membuat pengisian data lebih mudah dan cepat.

5. Data terjamin handal karena disimpan di alat maupun cloud.

6. Dapat terintegrasi publik, pasien, dokter, ruang sakit, dan laboratorium

7. Artificial intelligence untuk skrining

8. Hasil skrining terkirim via.

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.