
KEDIRI (Lenteratoday) - Harga cabai beberapa hari belakangan terus melonjak, bahkan di pasasaran mencapai Rp 100.000 / kg. Ironisnya, para pedagang malah merugi karena dagangan cabe mereka membusuk karena tidak laku.
Menurut para petani kenaikan harga cabe dipicu minimnya pasokan akibat cuaca buruk yang terjadi di sejumlah wilayah sentra tanaman cabai. Sebelumnya harga cabai di pasaran berkisar Rp 70.000 - Rp 80.000 per kilogram.
Menurut Tri Wahyu Pradana, salah satu pedagang cabai di Pasar Setono Betek Kota Kediri, saat ini, harga cabai terus melonjak hingga tembus Rp 90.000 - Rp 100.000 per kilogram. Dengan kenaikan harga sangat tinggi ini, dia hanya mampu menjual 5 - 6 kilogram selama tiga hari. Padahal saat harga masih normal mampu menjual hingga 7 kilogram hanya dalam waktu dua hari.
Meskipun penurunan penjualan cabai tidak terlalu signifikan, tetapi Tri berharap cuaca segera membaik agar penjualan cabai kembali normal. Para pedagang cabai khawatir jika penurunan penjualan terus terjadi, banyak stok cabai rusak dan kerugian pedagang semakin besar.
Sementara itu, menyikapi terkait melonjaknya harga jual cabai di pasaran, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Kediri, akan melakukan sidak ke pasar. Bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kota Kediri, Disperdagin akan melakukan penekanan harga cabai di pasaran.
Anik Sumartini, Kabid Pengembangan Perdagangan, Disperdagin Kota Kediri mengatakan, akibat cuaca ekstrem tanaman cabai layu sebelum berbuah. Hal itu, menjadi penyebab pasokan cabai ke pedagang mengalami keterlambatan. Sesuai jadwal panen cabai terjadi sekitar Maret, namun sebelum sempat dipanen, cabai mengalami rusak atau busuk karena cuaca ekstrem seperti saat ini.
Saat ini harga cabai rawit merah sangat fluktuatif karena cabai rawit merah ditanam di dataran rendah, rusak karena curah hujan yang sangat tinggi. Tanaman di dataran rendah sebagian terkena banjir, serta banyaknya serangan hama dan penyakit (lalat buah dan Colletotrichum Capsici) sudah mencapai 30 persen dari volume petik per hari. Selain itu, ada penyakit layu Fusarium yang mengakibatkan banyak tanaman cabai mati.
Masih menurut Anik, tanaman cabai rawit merah dataran tinggi, masa tanam di awal Oktober dengan sistem monocultur dan irigasi kocor. Seharusnya pertengahan Februari sudah mulai petik dengan kendala adanya seragan virus gemini khususnya varietas lokal, menjadi banyak yang mati. Untuk jenis hibrida, hanya varietas tertentu bisa tahan.
Dengan curah hujan tinggi jenis hibrida juga banyak bunga dan buah yang masih muda berguguran. Padahal, masa panen raya pada pertengahan Maret - April mendatang. Sedangkan masa tanam pada musim penghujan rata-rata di bulan Desember. (gos)