14 April 2025

Get In Touch

Seni Non-Visual Karya Mahasiswa UK Petra, Manjakan Penikmat Seni Penyandang Tunanetra

Marietta saat melakukan simulasi karya seni non-visual miliknya.
Marietta saat melakukan simulasi karya seni non-visual miliknya.

SURABAYA (Lenteratoday) - Out of the box! Mungkin perkataan itu yang tepat untuk disematkan kepada Marietta Stefani. Marietta sapaan akrabnya, telah berhasil membuat karya seni yang dapat dinikmati oleh penyandang tunanetra.

Ide rancangannya berawal saat Marietta mengunjungi galeri seni dan terdapat aturan tertulis 'dilarang menyentuh'. Lalu muncullah pemikiran dalam benaknya. “Bagaimana jika kita tidak dapat melihat? Bagaimana dengan tuna netra? Mereka kan hanya bisa merasakan sesuatu dengan cara menyentuh,” ungkap Marietta.

Dari sinilah kemudian gadis yang kini kerja di biro Arsitek itu membuat karya bertajuk Non-Visual Art Gallery. Sebuah galeri seni yang memberikan kesempatan baru khususnya bagi tunanetra untuk dapat menikmati karya seni menggunakan pengalaman multisensori, yaitu telinga, hidung, dan perabaan.

"Agar memungkinkan adanya pengalaman yang setara antara tunanetra dan awas (normal)," imbuhnya.

Dalam desain rancangan ini akan memberikan pengalaman baru yang berbeda dengan galeri pada umumnya, dimana disini galeri di desain menggunakan bidang-bidang yang disusun ber layer menyerupai labirin sebagai pengarah bagi tunanetra. Meredupkan elemen arsitektur yang memanjakan mata, untuk memperkuat stimuli indera lainnya.

Diharapkan desain ini dapat memicu para seniman untuk menciptakan karya seni yang inklusif. Sehingga karya seni yang ada dibangunan ini dapat memberikan pengalaman multisensori.

“Misalnya ada lukisan atau patung menggambarkan hutan. Lukisan bisa dibuat timbull dan ditambah bau-bauan hutan agar semakin memperjellas lukisan itu. Sehingga lukisan ini menjelaskan tekstur, bau-bauan bahkan bunyi-bunyian," katanya.

Untuk mendukung konsep non-visual, bangunan sengaja tidak menggunakan lampu untuk menerangi karya seni. Namun memaksimalkan pencahayaan alami undirect sunlight melalui skylight dan dinding yang disusun ber-layer yang sekaligus membantu tunanetra dalam berorientasi.

Marietta melakukan pendekatan pendekatan perilaku senses as perceptual system dimana indera manusia memberikan peran penting dalam membentuk persepsi ruang dan pendalaman karakter pada ruang-ruangnya.

Rancangannya unik, maka tak heran jika ia akan mewakili Indonesia di tingkat Asia untuk kategori Arsitektur. Marietta akan bertanding dengan 15 negara di Asia, yaitu Bangladesh, Cina, Filipina, Hong Kong, India, Indonesia, Iran, Jepang, Malaysia, Pakistan, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Bahkan berkat kejeniusannya itu, Marieta diganjar pendapatan Gold Winner kategori Arsitektur dalam kompetisi Asia Young Designer Award (AYDA) 2020/21 yang digelar secara daring oleh Nippon Paint. (Hms/Sur)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.