
SURABAYA (Lenteratoday) – Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Timur, Subianto menghimbau pada pemerintah pusat untuk meninjau kembali kebijakan impor beras. Pasalnya, impor beras dimasa panen raya seperti saat ini dirasa tidak tepat dan malah akan merugikan petani dalam negeri.
“Impor beras pada musim panen ini sangat pengaruh. Kok impor beras pada kondisi panen raya, ini seharusnya mustahil (tidak dilakukan) dan otomatis berpengruh pada harga (gabah petani),” kata politisi dari Partai Demokrat ini, Rabu (10/3/2021).
Bianto mengaku, sebenarnya belum tahu persis apa yang menjadi alasan pemerintah membuat kebijakan impor beras di masa panen raya seperti saat saat ini. Terlebih lagi, kondisi cuaca juga masih ekstrim dan mengakibatkan petani tidak bisa menjemur gabah hasil panen mereka.
“Saat ini panen raya dan hujan terus menerus, maka petani tidak bisa njemur dan karena tidak bisa njemur maka orang-orang di lapangan yang beli (gabah) bisa semaunya, harga tergantung dari yang beli,” tandasnya.
Saat ini saja, lanjut Bianto, harga gabah kering sawah hanya pada kisaran Rp 3.500 per kilo gram. Harga tersebut di bawah harga dasar saat ini, yaitu Rp 4.000 per kilo gram.
“Karena ini kebijakan pemerintah pusat kita menghimhau kembali rencana impot, supaya tidak pada musim panen, kasihan petani. Ya, kami minta untuk meninau kebijakan itu saja, kewanangan itu ada di pusat,” katanya.
Politisi asal Kediri ini menilai jika pebijakan impor beras bisa berpengaruh ke mana-mana. Terlebih lagi Jatim sebagai gudangnya pangan. Di satu sisi, Dolog belum melakukan penyerapan gabah dari petani. “Dolog sendiri uangnya tidak seperti dulu uangnya dari negara, sekarang uang komersial. Jadi ngitung dan itung-itungan bisnis. Petani lagi lagi jadi korban,” pungkasnya. (ufi)