
SURABAYA (LENTERATODAY)-Rencana impor beras sebanyak 1 juta ton membuat anggota MPR RI daerah pemilihan Jawa Timur (Jatim) Bambang DH bersuara keras. Dengan tegas Walikota Surabaya Tahun 2002-2010 ini mengatakan bila langkah pemerintah tersebut menyakiti hati dan mengancam ekonomi rakyat terutama petani.
"Puncak panen raya akan jatuh pada bulan April mendatang. Terus pemerintah impor. Harga gabah petani jelas akan hancur. Apalagi sekarang saat pandemi harusnya berpihak pada rakyat," katanya usai memberikan sosialisai 4 Pilar MPR RI di Sidoarjo, Sabtu (20/3/2021).
Mengutip data Kementerian Pertanian Kementan), berdasarkan prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok Januari-Mei 2021, stok beras diperkirakan mencapai 24,90 juta ton. Stok beras ini berasal dari sisa stok tahun lalu 7,38 juta ton dan produksi dalam negeri 17,51 juta ton.
Sementara kebutuhan beras nasional diproyeksi mencapai 12,33 juta ton sepanjang Januari-Mei 2021. Artinya, neraca beras hingga akhir Mei akan surplus sebesar 12,56 juta ton.
"Artinya alasan impor untuk mengamankan stok Ramadan itu tidak pas. Lha kondisi kita surplus," tegas Bambang DH.
Data Kementan diperkuat oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut potensi produksi padi Indonesia sepanjang Januari-April 2021 mencapai 25,37 juta ton gabah kering giling (GKG). Angka itu naik 26,88 persen atau 5,37 juta ton GKG dibandingkan periode sama di 2020 sebesar 19,99 juta ton GKG.
Jika dikonversikan, maka potensi produksi beras sepanjang Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton, naik 26,84 persen atau 3,08 juta ton dari periode sama di tahun lalu yang sebesar 11,46 juta ton.
"Bila benar impor 1 juta ton beras tetap dilakukan, langkah permerintah tersebut melukai petani dan mencederai komitmen nasional dalam mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan,”, ujarnya.
Terkait alasan pemerintah melakukan impor untuk menjaga harga konsumen, Bambang DH juga meminta ditinjau kembali. Saat ini saja di awal musim panen harga di petani relatif sudah turun dibanding awal tahun.
" Hukum ekonomi suplay and demand pasti berlaku.Jadi saat panen raya pasti harganya juga turun. Lha kalau ditambahi impor, bisa- bisa hancur," ujar anggota Komis III DPR RI ini.
Menurut catatan, saat panen raya, harga gabah tingkat petani turun sekitar Rp 800 per kilogram. Harga gabah kini hanya Rp3.700 per kilogram. Sementara ketika akhir Februari lalu, harga gabah masih sekitar Rp4.500 per kilogram.
Setiap satu patok sawah (sekitar 400m persegi) , biaya tanam padi sudah mencapai Rp1,7 juta. Belum termasuk biaya perawatan selama empat bulan. Sedangkan harga jual panen hanya sekitar 2,5 juta.
"Padahal pendapatan petani ini selain buat kebutuhan tiap hari juga buat beli bibit hingga pupuk. Belum lagi kenyataan bila di negeri ini di sektor pertanian pekerja didominasi buruh tani, bukan pemilik lahan," jelasnya.
Untuk Jatim sendiri sebagai salah satu lumbung padi, tentu saja rencana impor tersebut membahayakan harga hasil tanam petani. Sementara itu, menurut data BPS, produksi beras di Jatim pada 2020 ini mencapai 10,02 juta ton dengan total luas panen 1,76 juta hektare.
Jumlah itu meningkat dibanding 2019 yang total produksinya 9,58 juta ton beras. Jika dikurangi dengan kebutuhan konsumsi beras, Jatim masih mengalami surplus 1,50 juta ton beras di tahun 2020.
Hasil survei kerangka sampel area (KSA) BPS menunjukkan potensi luas panen padi pada musim Januari-April 2021 di Jatim mencapai 4,86 juta hektare atau naik sekitar 1,02 juta hektare (26,53 persen) dibandingkan dengan subround Januari-April 2020 yang sebesar 3,84 juta hektare.
"Jadi kondisi beras di tingkat nasional maupun Jatim sendiri aman disokong panen petani dalam negeri. Mohon ini digarisbawahi,"tutupnya.(*)