21 April 2025

Get In Touch

Selama Tahun 2020, Sebanyak 5998 Perempuan di Jember Menjanda

Talkshow membahas soal peningkatan sumberdaya perempuan di Jember.
Talkshow membahas soal peningkatan sumberdaya perempuan di Jember.

JEMBER (Lenteratoday)- Tingkat kasus perceraian di Jember ternyata masih cukup tinggi. Berdasarkan data yang diungkap Dr Linda Dwi Eriyanti Ketua Pusat Studi Gender Uniersitas Jember saat menjadi narasumber acara talkshow menyebutkan, angka perceraian di Jember juga masih tergolong tinggi yakni 5998 kasus selama tahun 2020.

Linda menjelaskan, beberapa faktor penyebab angka perceraian yang tinggi di Kabupaten Jember, hampir mayoritas karena perselisihan dan pertengkaran terus menerus yang mencapai 3048 kasus atau (50,63 persen).  Dari kasus ini juga disebabkan karena faktor ekonomi dan KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga).

“Ketidaksiapan menikah secara fisik dan psikologis menjadi faktor, sehingga sumber pendapatan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti sandang pangan tidak terpenuhi, begitu juga kematangan emosi dalam menghadapi masalah serta ketimpangan relasi gender,” terang Linda, Minggu (21/3/2021).

Sementara untuk kasus pernikahan dini di Jember, saat ini juga masih tergolong tinggi. Dari data yang diterima dengan sumber Kantor Kementerian Agama Jember, jumlah pernikahan dibawah usia 19 tahun pada 2020 bagi kaum perempuan mencapai 664 kasus atau 62,28 persen, dan bagi kaum laki-laki mencapai 402 kasus.

Sedangkan jumlah angka pernikahan dengan lulusan Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Jember juga cukup tinggi, yakni mencapai 28,15 persen untuk pengantin perempuan dan 21,23 persen untuk pengantin laki-laki tanpa menyebut jumlah riil angka pernikahan.

 “Hal ini terjadi, karena banyak warga di Jember yang memiliki budaya malu memiliki anak perawan tua daripada anak menjadi janda, padahal angka perceraian di Kabupaten Jember juga masih tergolong tinggi, yakni 5998 kasus selama tahun 2020,” ujarnya.

Sehingga banyak pengantin muda maupun orang tua yang kurang memahami dampak dari pernikahan dini. “Banyak orang tua yang menikahkan anaknya dan langsung membebankan tanggung jawabnya ke pihak laki-laki, sedangkan dari sisi ekonomi mereka juga belum mampu,” jelasnya.

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.