20 April 2025

Get In Touch

Pekerja Seni Surabaya Banting Setir Jualan Alpukat

Salah satu pekerja seni Ical Moza yang juga berprofesi sebagai MC banting setir jualan alpukat guna mencukup kebutuhan sehari-hari.
Salah satu pekerja seni Ical Moza yang juga berprofesi sebagai MC banting setir jualan alpukat guna mencukup kebutuhan sehari-hari.

SURABAYA (Lenteratoday) - Pandemi Virus Corona atau Covid 19 yang berjalan selama satu tahun membuat berbagai sektor di belahan dunia kian memprihatinkan. Di Indonesia, kondisi tersebut kian diperparah dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), skala mikro terus diperpanjang oleh pemerintah.

Sebut saja sektor hiburan. Para pelaku seperti penyanyi, pemain musik, dan pembawa acara harus berputar otak demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Lantaran, mereka sudah tidak menerima panggilan pementasan hiburan dari pemilik hajat.

Seperti yang diungkapkan oleh Reza Amorza, biduan cantik asal Benowo ini terpaksa membanting setir dengan berjualan alpukat bersama suaminya, Ical Moza yang juga berprofesi sebagai MC kondang. Meski dagangannya tidak ramai, namun Reza mengaku, keuntungan penjualan tersebut bisa memenuhi kebutuhan bersama satu anaknya yang masih balita.

"Kadang kadang juga masih bernyanyi di sentra kuliner. Tapi sampai jam 9 malam sudah tutup. Tidak dibayar, hanya mengandalkan sumbangan seikhlasnya dari pengunjung," ungkapnya, Senin (22/3/2021).

Reza menambahkan, profesi berdagang alpukat ini sudah ditekuni selama satu tahun. Reza juga mengaku, jualannya tersebut lancar. Sang suaminya tersebut juga mempunyai pekerjaan lain sebagai kurir online. Dalam sehari, Ical Moza mengantarkan barang sebanyak 5 alamat di Surabaya, dari pagi hingga malam hari.

"Kalau sudah mengandalkan sumbangan seikhlasnya dari pengunjung. Cuma bisa dapat Rp 100 ribu. Itu pun dibagi sama penyanyi lainnya," tuturnya.

"Bahkan ada yang satu keluarga. Mereka murni pekerja seni. Sampai sekarang bingung tidak memiliki penghasilan selama pandemi. Soalnya pemilik hajatan masih takut mengundang pekerja seni sebagai hiburan," sambung perempuan yang juga sebagai Koordinator Aliansi Pekerja Seni dan Surabaya (APSS), Wilayah Barat tersebut.

Sehingga, kata Reza, banyak pemain musik yang terpaksa menjual peralatannya, seperti keyboard ,gitar, drum hingga, gendang demi menyambung hidup. Walaupun demikian, kondisi seperti itu berlangsung tidak lama.

Hal serupa juga diutarkan oleh Reni (39), penyanyi Sentra Wisata Kuliner Pawon Ndeso, Benowo, Kota Surabaya. Demi tetap mendapatkan penghasilan, Reni rela menjual nasi pecel dan nasi gudeg setiap pagi sampai jam 10 siang.

"Saya bisa menyanyi disini dikasih kesempatan oleh pengelola sentra kuliner. Gantian jadwalnya sama penyanyi lain," tutur ibu satu anak.

Perempuang yang tinggal di Menganti tersebut, mengungkapkan, bantuan dari pemerintah dinilai belum terasa. Bahkan, bantuan kepada para pekerja seni sampai saat ini menurutnya belum ada.

"Yang ada mereka membutuhkan uluran tangan dari rekan seprofesi. Saya merasa terbantu di Pawon Ndeso untuk menghibur pengunjung," pungkasnya. (Ard)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.