18 April 2025

Get In Touch

Keuntungan Kecil, DPRD Jatim Bakal Evaluasi Anak Perusahaan PWU

Ketua Komisi C DPRD Jatim, Hidayat Maseaji.
Ketua Komisi C DPRD Jatim, Hidayat Maseaji.

SURABAYA (Lenteratoday) – Komisi C DPRD Jatim menilai bahwa PT Panca Wira Usaha (PWU) Jawa Timur atau Wira Group tidak banyak memberikan pendapatan yang masuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jatim. Padahal, PT PWU Jatim ini memiliki sembilan anak perusahaan. Untuk itu, Komisi C akan meminta klarifikasi dan mengevaluasi anak-anak perusahaan PT PWU.

“Kemarin, kita sudah rapat, kita mendapatkan banyak informasi tentang PWU. Secara prinsip, bahwa di PWU ada inefisiensi kinerja. Oleh karena itu harapan kita ada konsolidasi sebaik mungkin, semaksimal mungkin, baik konsolidasi kaitannya dengan anak perusahaan maupun konsolidasi di internal holding PWU,” kata Ketua Komisi C DPRD Jatim, Hidayat Maseaji, Kamis (8/4/2021).

Untuk itu, lanjut Hidayat, pihaknya akan memanggil anak anak perusahaan PWU untuk mendalami masalah-masalah yang ada di PWU, supaya ke depan tidak ada ini inefesiensi pekerja. Selain itu juga persoalan lainnya seperti pinjaman di bank, persoalan penyelesaian legal aset-aset yang masih terbengkalai di mana-mana, kemudian persoalan modal kerja di anak-anak perusahaan yang sangat terbatas.

“Nah kita berharap nanti anak-anak perusahaan di PWU ini kita evaluasi satu-satu yagn barangkali ditemukan fakta bahwa anak perusahaan ini tidak sehat dan prospeknya berat.  Ke depan ya harus kita ditutup,” katanya.

Lebih lanjut dia menandaskan bahwa saat ini PT PWU membawahi 9 anak perusahaan dan 3 perusahan joint venture. PT PWU yang merupakan BUMD milik Provinsi Jatim itu memiliki total aset sebesar Rp 441.619.040.915  miliar. Sayangnya dengan asset tersebut, pada tahun 2020 kemarin hanya mampu menyetorkan PAD sebesar Rp 2,25 miliar saja.

Setoran ke PAD itu berdasarkan pendapatan total Rp 175.178.735.343, dengan laba bersih Rp 4.054.163.279. Pendapatan dan laba bersih itu turun dibandingkan tahun sebelumnya. Dimana kinerja tahun 2019, mampu meraup pendapatan Rp 248.426.534.675, dengan laba bersih Rp 6.918.684.050. Dari laba tersebut mampu setor PAD sebesar Rp 3.900.000.000.

Hidayat yang merupakan politisi dari Partai Gerindra ini mengatakan bahwa keuntungan tersebut sangat rendah, bahkan ada anak perusahaan yang minus. “Dalam waktu dekat kita akan evaluasi ya satu persatu sekaligus kita akan memberikan catatan rekomendasi ke depan harusnya seperti apa,” tandasnya.

Ironisnya, lanjut Hidayat, PT PWU malah menyampaikan butuh dana tambahan atau suntikan modal lagi sebesar Rp 149 miliar. Alasannya, suntikan dana itu akan digunakan untuk beberapa hal guna memacu omset dan mendapatkan keuntungan lebih besar. “Dirut PWU menyampaikan kalau PWU dan anaknya bisa sehat kalau ada Rp 149 miliar,” sambung Hidayat.

Namun demikian, terkait dengan permintaan tambahan modal tersebut akan dievaluasi secara mendalam sekaligus diminta rinciannya seperti apa. “Ini misalnya ada Rp 39 miliar untuk mengurus sertifikat, itu dimana dan untuk apa saja, ada penyerataan modal sekitar Rp55. Melunasi pinjaman deposito dan lain sebagainya,” katanya.

Dia menambahkan jika memang permintaan pernyertaan modal itu rasional maka akan diberikan, namun jika tidak maka tidak akan diberikan. Termasuk, anak perusahaan mana yang akan diberikan tambahan peyertaan modal.

Terpisah, anggota Komisi C DPRD Jatim, Agung Supriyanto mengatakan ada dua hal yang sangat krusial. Salah satunya adalah  masalah di pos pendapatan di BUMD termasuk PT PWU yang assetmua masih sangat minimalis dan masih perlu dimaksimalkan. Dia mengatakan, pendapatan dari PWU ini sangat kecil dan tidak sebanding dengan modal yang diberikan.

“Artinya Return of Asset (ROA) itu tidak sebanding. Dimana pendapatan yang diberikan sangat kecil dibandingan dengan asset yang ada,” tandasya.

Bahkan dari PWU ini hanya ada beberapa perusahaan saja yang memberikan keuntungan. Sedangkan anak perusahaan lainnya keuntunganya sangat kecil bahkan minus. Secara garis besar, lanjut Agung, ada 7 BUMD yang dimiliki Pemprov Jatim, namun yang bagus hanya yang bergerak di perbankan. Sedangkan yang lainnya seperti PWU ini masih perlu dioptimalkan.

Sementara itu, Direktur Utama PT PWU Jatim, Erlangga Satriagung mengungkapkan beberapa hal terkait kondisi perusahaanya. Dimana ada 9 anak perusahaan yang mayoritas adalah warisan dari penggabungan 5 perusda sejak zaman Belanda yang pada tahun 2000 digabung dalam perusahaan PT PWU.

Kesembilan anak perusahaan itu antara lain PT Karet Ngagel Surabaya Wira Jatim, PT Puri Panca Pujibangun, PT Kasa Husada Wira Jatim, PT Loka Refractories Wira Jatim, PT Carma Wira Jatim, PT Moya Kasri Wira Jatim, PT Adi Graha Wira Jatim, PT Jatim Husada Farma. “Yang terbaru itu PT Jatim Husada Farma. Ini baru satu tahun dan bergerak di bidang menyuplai obat-obatan peralatan rumah sakit umum milik daerah,” terang Erlangga.

Diakuinya, ada beberapa anak atau cucu perusahan yang kondisinya kurang bagus. Seperti anak perusahaan dari PT Karet Ngagel yang bergerak di bidang Industri Conveyor Belt. PT Karet Ngagel produksinya bagus dan di nasional terbaik, tali berbeda dengan anak perusahaanya yang bernama PT Kasava. “PT Karet ini punya anak usaha namanya PT Kasava yang saat ini sedang bermasalah besar dan nyaris pidana karena hasil audit BPKP fraud,” ungkapnya.

Ada juga anak perusahaan lainnya yang kondisinya cukup bagus. Yakni PT Kasa Husada yang bergerak dalam industri alat kesehatan termasuk Masker. “Insya Allah 2-3 minggu akan melakukan ekspor perdana Masker ke Amerika dan Jika ini terealisasi maka bisa disebut satu satunya BUMD yang masuk pasar Amerika,” yakin Airlangga.

Dalam kesempatan itu, Airlangga menyampaikan selama pendemi kemarin terjadi penurunan usaha. “Sales kita turun menjadi Rp 175 Miliar tahun 2020. Tapi di 2021 kita merancang naik 42% menjadi Rp 248 Miliar dan target laba Rp 6,8 miliar. Ini dengan asumsi, triwulan pertama 2021 Covid-19 sudah sangat mereda,”katanya. (ufi)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.