
SURABAYA (Lenteratoday) - Banjir bandang yang mengguncang beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur Minggu (4/4/2021) dini hari, mengakibatkan banyaknya bangunan pemukiman warga dan fasilitas umum hancur.
Kondisi ini diperparah dengan banyaknya akses jalan yang terputus karena jembatan hanyut dan tanah longsor. Distribusi bantuan untuk korban menjadi sulit untuk disampaikan. Mereka sangat memerlukan bantuan tempat berlindung, makanan, pakaian, perlengkapan bayi, obat-obatan dan tenaga medis serta tenaga relawan guna pemulihan kondisi pasca bencana.
Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA), menghimpun berbagai bantuan baik berupa makanan, obat obatan, dan tenaga relawan untuk membantu korban banjir. Khusus untuk daerah terdampak bencana, selain pelayanan kesehatan dasar dan spesialistik, RSTKA juga melakukan pemulihan kesehatan jiwa dan pendampingan pemulihan ekonomi keluarga terdampak.
Direktur Kapal RS Terapung Ksatria Airlangga, dr. Agus Harianto, mengatakan, Pendekatan dan pelayanan yang dilakukan bisa menjadi solusi, bagi pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan bagi korban banjir NTT.
"RSTKA juga melakukan kegiatan-kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat, pendidikan, konservasi lingkungan, penelitian dan lain-lainnya. Berdampak, sudah menjadi kata kunci dalam setiap kegiatan," ujarnya, dalam keterangan pers, Kampus A FK Unair, Surabaya, Rabu (14/4/2021).
Kegiatan ini dilaksanakan dari 14 April sampai 12 Mei 2021. Antara lain Pelayanan kesehatan rujukan oleh tim dokter spesialis, Pelayanan kesehatan dasar,Trauma healing, Pendampingan pemulihan ekonomi keluarga, Penyediaan air bersih, Dapur pengungsi, Pendistribusian bantuan logistik yang diperlukan, Reboisasi dengan penanaman pohon buah berkualitas, Edukasi tentang Covid-19, PHBS dan Adaptasi kebiasaan baru.
"Tujuannya membantu menyelesaikan permasalahan kesehatan di NTT, Membantu upaya pemulihan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, serta Membantu upaya pemulihan kerusakan lingkungan pasca banjir," tuturnya.
Panduan tata laksana aktivitas RSTKA, lanjut dr Agus, di masa pandemi yakni patuh pada protokol kesehatan adalah harga mati, setiap orang yang tergabung dalam tim relawan wajib menjalani pemeriksaan swab antigen terlebih dahulu, jumlah relawan RSTKA sesuai kebutuhan, pelayanan dilakukan mengikuti prinsip Nutrisi Enteral Dini, pasien menyerahkan isian self screening covid,dan menjalani pemeriksaan rapid antigen maupun fisik dan laboratorium.
"Khusus pasien operasi dengan pembiusan umum, menjalani pemeriksaan X ray. Pelayanan operasi elektif dilaksanakan sebisa mungkin hanya 10 jam per hari.Dalam setiap aktivitas wajib menerapkan protokol kesehatan 5 M," jelasnya.
"RSTKA tidak sedang mencari pengakuan, pujian atau penghargaan. Yang ada di hati kami adalah korban. Tidak penting siapa yang menolong, yang penting korban segera tertolong," tuntasnya. (Ard)