
MALANG (Lenteratoday) - Kondisi wabah covid yang semakin memburuk di India menjadi peringatan bagi seluruh dunia. Denting gelombang ketiga covid19 di Indonesia mulai terdengar mendekati perayaan keagamaan Idul Fitri 1442 H.
Larangan mudik yang diterbitkan belum mampu membendung keinginan masyarakat. Beberapa kerumunan yang diciptakan dari pasar-pasar ramadhan juga mengkhawatirkan. Tak hanya itu, tren naik angka kematian akibat covid19 juga membuat resah semua kalangan.
Pelbagai cara dilakukan untuk memutus rantai penyebaran covid19. Salah satunya yakni dengan menciptakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat sampai skala terkecil, yakni RT/RW.
Di Malang, PPKM Micro tak terlihat seperti pos pemantauan. Masyarakat masih bebas lalu lalang, tanpa menggunakan masker, meski sudah ada sosialisasi tentang Protokol Kesehatan (Prokes). Menurunnya kewaspadaan masyarakat terhadap penularan covid19 terlihat dari beberapa kerumunan yang ada di pusat perbelanjaan.
Dr. dr. M.Atoillah Isfandiari, M.Kes Epidemiolog Universitas Airlangga menjelaskan, kondisi wabah covid19 di Indonesia jika dibandingkan dari tahun ke tahun, terjadi lonjakan yang cukup tinggi. "Jika dibandingkan dari tahun ketahun dengan perayaan (idul fitri) yang sama, sangat berbeda jauh ya," kata Atoillah.
"Tahun lalu, angka kasus covid harian mencapai 500 kasus, sedangkan saat ini di Indonesia angka harian bisa menyentuh angka 4.300 kasus," lanjutnya me jelaskan.
Kondisi kelelahan pandemi yang dialami masyarakat menyebabkan kewaspadaan terhadap covid19 menurun. "Sudah setahun pandemi, dan masyarakat tengah mengalami pandemic fatigue atau kelelahan pandemi, jadi yang muncul adalah menurunnya kewaspadaan terhadap potensi penyebaran Covid19 dan longgarnya prokes," ujar Atoillah.
PPKM Micro juga menimbulkan pro kontra. Pasalnya dalam pelaksanaannya, tidak dibarengi dengan sosialisasi hasil data dari penerapan PPKM Micro tersebut. Akibat dari tidak adanya transparansi data, masyarakat cenderung menilai bahwa covid19 sudah tidak ada. "Sisi negatif dari pelaksanaan PPKM Micro ini tidak adanya transparansi data dari hasil tracing dan tracking hingga level paling bawah, maka ini menimbulkan keamanan semu," jelasnya pada Lentera.
Padahal penerapan PPKM Micro diharapkan mampu melibatkan masyarakat dan menyentuh level paling bawah yakni RT/RW, dan mendapat dukungan optimal dari masyarakat dalam memutus rantai penyebaran covid19. "Selama ini masyarakat mengalami resistensi terhadap petugas saat tracing dan tracking, maka muncullah wacana ini, saya rasa sudah cukup baik, namun yang menjadi evaluasi bersama adalah seberapa optimal 3T dilaksanakan di tingkat RT/RW," tutup dosen Unair itu. (ree)