22 April 2025

Get In Touch

HJKS ke 728, Ajak Diskusi Sejarah Hingga Rilis Buku

Komunitas Bergandring Soerabaia ajak diskusi soal sejarah.
Komunitas Bergandring Soerabaia ajak diskusi soal sejarah.

SURABAYA (Lenteratoday) - Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke 728 Komunitas Bergandring Soerabaia ajak diskusi soal sejarah. Dalam diskusi tersebut turut mengundang Wakil Wali Kota Surabaya Armuji.

Diskusi tersebut bertajuk 'Menggugat Hari Jadi Kota Surabaya'. Rencananya, Armuji akan hadir didampingi oleh beberapa sejarawan. Mereka akan membahas soal tanggal resmi hari jadi Kota Surabaya.

Nanang Purwono dari Komunitas Begandring Soerabaia menjelaskan bahwa diskusi itu akan menjadi yang pertama kalinya dilakukan antara sejarawan dengan Pemerintah Kota Surabaya. Sebelumnya, pada 45 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1975, Wali Kota Soekotjo menerima masukan dari para sejarawan.

"Sejarawan sejak dulu mempertanyakan dan mencari jawaban soal tanggal resmi hari jadi kota Surabaya. Sebab, menurut kajian dan penelitian kami, tanggal hari jadi Surabaya bukan 31 Mei 1294, tapi 1 April 1906," tutur Nanang.

Ia menjelaskan bahwa kajian itu sudah dilaksanakan sejak tahun 1975. Saat itu, sejarawan di masa kepemimpinan Wali kota Soekotjo sudah melakukan penelitian.

"Di tahun yang sama itu, DPRD mengkaji melalui panitia khusus (pansus) yang rapat berkali-kali. Akhirnya ada 4 usulan tanggal," tuturnya.

Dari tanggal itu, DPRD Kota Surabaya menetapkan tertanggal 8 Maret 1975, bahwa Hari Jadi Kota Surabaya ditetapkan pada tanggal 31 Mei.

"Dalam SK itu ada klausul bilamana di kemudian hari ada penanggalan yang lebih nyata, bisa diganti. Jadi tanggal 13 Mei 1293 bisa diganti. Wali kota menetapkan tanggal 31 Mei 1975," jelasnya.

Setelah itu, bekum ada pemerintah atau wali kota yang mau mendengarkan dan memahami ketetapan tanggal tersebut. Sehingga, diskusi malam nanti merupakan kali pertama pertemuan antara pemerintahan eksekutif dengan sejarawan.

"Harapannya supaya warga Surabaya ngeh (perhatian) sama sejarah kota. Yang dihadirkan ya wakil pemerintah, wakil DPRD, wakil warga. Diskusi ini ada dasarnya. Faktanya ada. Mendatangkan arkeolog. Nggak subyektif dan cuma menuntut," pungkasnya.

Tidak hanya Komunitas Begandring Soerabaia yang merayakan HUT Surabaya. SMPN 4 Surabaya juga punya cara tersendiri dalam merayakan dengan merilis 2 buku.

Buku-buku tersebut ditulis langsung oleh guru dan siswa. Diproses selama kurang lebih 2 bulan, buku itu mengumpulkan ratusan tulisan.

"Namun hanya ada 80 tulisan yang diunggah. 40 di antaranya ada di E-Book Surat untuk Wali Kota. 30an di antaranya ada di buku berjudul Wani Junjung Kota Surabaya," jelas Rita Ani Pudjiastuti, salah satu penggagas yang juga Guru Bahasa Indonesia.

Kelik Sachroen, Kepala SMPN 4 Surabaya menjelaskan bahwa dua buku tersebut merupakan launching ke 7 dan ke 8 yang sudah dilaksanakan.

"Buku pertama, berjudul Wani Junjung Kota Surabaya, ditulis oleh seluruh guru tentang upaya mengajar di tengah pandemi. Sementara untuk e-Book berjudul Surat untuk Wali Kota, ditulis oleh 500 siswa. Namun hanya 40 yang terpilih," ungkapnya.

Usai dilaunching, buku bisa diakses dan dibeli oleh masyarakat umum melalui aplikasi e-commerce, website dan sosmed. Per buku bisa didapatkan dengan harga Rp 50 ribu.

Alasan merilis buku sendiri, Kelik mengungkapkan bahwa sekolahnya selalu aktif merilis buku yang ditulis langsung oleh para siswa dan guru. Sehingga, tema itu dipilih untuk merayakan Hari Jadi Kota Surabaya.

"Kami berpikir di bulan Mei ini kan ada kegiatan peringatan besar. Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dan HJKS ke 728. Lalu 3 kegiatan itu diperingati dengan membangkitkan literasi. Temanya wani bangkit junjung Suroboyo. Berupa tulisan guru dan pengalaman saat pandemi. Ini jadi motivasi anak semangat belaajr. Kalau nanti masuk, bisa ketemu lagi untuk PTM (pembelajaran tatap muka)," pungkasnya. (Ard)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.