
MALANG (Lenteratoday) - Ramainya sosial media tentang boikot berita covid19 sempat gegerkan netizen. Massive-nya Informasi tentang covid19, dianggap telah memperkeruh keadaan. Awalnya, hastag #boikotberitacovid ini berasal dari jagat twitter, harapannya, dengan hastag ini berita covid yang massive akan mereda.
Dalam kesempatan yang berbeda, ketua Aliansi Jurnalis Indonesia Kota Malang menjelaskan, fenomena ini adalah akibat dari kepanikan dan keresahan akibat pandemi covid19.
"Pandemi Covid memang menimbulkan kepanikan dan keresahan. Hampir setiap hari ada berita tentang covid. Arus informasi soal Covid sulit dibendung. Sekalipun ada kampanye stop berita Covid, saya yakin tidak akan bisa menghentikan laju informasi Covid," ujar Muhammad Zainuddin.
Menurutnya masyarakat tidak hanya mengetahui berita soal Covid dari wartawan dan media massa. Netizen dan media sosial juga turut menyebarkan berita Covid.
"Saya kira, 'kampanye stop berita Covid' bukan solusi untuk mengurangi kepanikan dan keresahan. Tapi, masyarakat harus menyaring informasi di media massa. Apalagi media massa tidak hanya menyajikan berita soal Covid. Ada juga berita soal olahraga, hiburan, dan sebagainya," lanjut Zainuddin.
"Di sisi lain, media massa menyajikan berita yang telah melewati verifikasi. Redaksi pasti sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum mengeluarkan berita. Ini berbeda dengan media sosial yang tidak melewati proses verifikasi," imbuhnya.
"Meskipun telah melewati proses verifikasi dan berbagai pertimbangan, mungkin ada masyarakat yang keberatan dengan berita di media massa. Masyarakat yang keberatan bisa menggunakan hak koreksi, hak jawab, maupun pengaduan ke Dewan Pers," jelasnya pada Lentera.
Informasi perihal covid, harus tetap diteruskan, ini agar masyarakat mengerti kondisi yang sebenarnya di lapangan. Memboikot berita soal covid, sama saja menutup informasi terhadap publik.(ree)