
PASURUAN (LenteraToday) - Kabar gembira datang dari Taman Safari Prigen (TSP) sebagai Lembaga konservasi yang telah berhasil mengembangbiakkan satwa endemic Indonesia, Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrama). Menyambut peringatan Global Tiger Day, TSP merilis dua ekor anakan Harimau Sumatera berjenis kelamin betina.
Curator Life Science Taman Safari Prigen, drh Ivan Chandra mengatakan Harimau Sumatera ini lahir pada 4 Mei 2021 dengan proses normal. Mereka lahir dari indukan bernama Praja dan Dini.
“Saat ini kedua bayi dirawat oleh sang induk. Setiap harinya keeper membantu untuk berjemur dari sinar matahari selama satu jam per harinya. Sedangkan induknya diberikan moloco sebagai pelancar ASI,” kata Curator Life Science Taman Safari Prigen, drh Ivan Chandra.
Pemberian nama salah satu bayi Harimau Sumatera ini langsung diberikan oleh Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf yaitu Isyana. Artinya dalam sejarah Kabupaten Pasuruan adalah salah satu nama dinasti yang pernah menguasai Pasuruan, pada zaman kerajaan Kalingga.
Sedangkan pemberian nama berikutnya langsung diberikan kepada masyarakat melalui email official TSP. Dari 100 usulan nama, terpilih Aura yang berarti bebas hidup tanpa tekanan dan bisa membawa aura positif karena menjadi anakan pertama.
General Manager TSP dan Baobab Safari Resort, Diaz Yonadie menuturkan dengan adanya breeding success terutama satwa endemic Indonesia menjadi bukti bahwa TSP selalu berkomitmen dalam konservasi satwa.
“Meskipun tutup sementara akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), TSP selalu berkomitmen dalam konservasi dengan merawat satwa-satwa yang ada,” tutur General Manager TSP dan Baobab Safari Resort, Diaz Yonadie.

Seperti diketahui, Taman Safari Prigen tutup sementara sejak 3 Juli sampai 2 Agustus 2021. Selama itu pula, manajemen Taman Safari Prigen mengakui tidak ada pemasukan dari penjualan tiket pengunjung seperti biasa. Kendati begitu, perawatan dan pemeliharaan satwa-satwa tetap menjadi prioritas utama, mengingat peran sebagai Lembaga Konservasi di bawah Taman Safari Indonesia (TSI) Group.
Para keeper (perawat satwa), tim medis, dan kurator tetap bekerja disesuaikan dengan prosedur tanggap Covid-19. Mereka diwajibkan mengenakan double masker kain menjaga kebersihan (mencuci tangan dengan sabun dan hand sanitizer) saat berada di area Taman Safari Prigen. Kami juga rutin menyemprotkan cairan disinfektan di area Taman Safari Prigen.
“Jika ada masyarakat yang berdonasi dengan mengirimkan pakan maupun cash money, kami persilahkan. Ataupun jika ada yang berminat menjadi orangtua asuh juga kami persilahkan,” ujar General Manager TSP dan Baobab Safari Resort, Diaz Yonadie.
Sebagai informasi, ada sembilan sub species harimau di dunia, yaitu Harimau Jawa, Bali, Kaspia, Sumatera, Benggala, Siberia, Malaya, China Selatan, dan Indochina. Tiga di antaranya telah punah yaitu Harimau Bali, Harimau Jawa, dan Harimau Kaspia.
Manager Edukasi TSP, Eko Windarto menambahkan Harimau Sumatera masuk dalam status Kritis (Critically Endangered). Berdasarkan data tahun 2004, jumlah populasi Harimau Sumatera di alam bebas hanya sekitar 400 individu saja.
Harimau Sumatera menghadapi dua jenis ancaman untuk bertahan hidup. Pertama, mereka kehilangan habitat karena tingginya laju deforestasi dan terancam oleh perdagangan ilegal dimana bagian-bagian tubuhnya diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat, dan dekorasi.
Sedangkan di alam liar, Harimau Sumatera hanya dapat ditemukan di Pulau Sumatera, Indonesia. Sementara semakin hari, habitat aslinya pun terusik dengan adanya pengalihan lahan hutan menjadi bisnis yang dinilai menguntungkan oleh oknum.
Dengan event Global Tiger Day ini, maka Taman Safari Prigen ikut berkomitmen dalam pelestarian harimau dengan adanya dua species harimau yakni Harimau Sumatera dan Benggala. Sebagai Lembaga Konservasi, TSP mempunyai fungsi utama pengembangbiakan terkontrol dan/atau penyelamatan satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.
Di sisi lain, TSI Group memiliki kontribusi dalam konservasi satwa liar Indonesia khususnya Harimau Sumatera dengan melakukan penyelamatan Harimau Sumatera bermasalah di habitatnya, baik program relokasi maupun translokasi.
“Membangun fasilitas breeding dan Genome Resorce Bank untuk Harimau Sumatera di TSI-Bogor pada tahun 2000 dan melakukan pelepasliaran kembali terhadap delapan Harimau konflik ke habitat aslinya di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) Sumatera,” jelasnya.
Kemudian melakukan pelatihan mengenai restrain dan handling Harimau sumatera kepada dokter hewan di lingkungan BKSDA seluruh Sumatera (bekerjasamadengan PHKA, Forum Harimau, ZSL serta membuat buku panduan mengenai penanganan konflik Harimau sumatera (bekerjasama dengan PHKA, Forum Harimau, ZSL).
“Mengawali program Global species Management Plan (GSMP) untuk Harimau Sumatera pada tahun 2016. Bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, IUCN-SSC, LSM, dan kebun binatang di seluruh dunia,” tandasnya.(wan)