24 April 2025

Get In Touch

Pengamat Jurnalisme: Berita Seksisme Tidak Pantas Diproduksi Media Massa

Pengamat Jurnalisme: Berita Seksisme Tidak Pantas Diproduksi Media Massa

MALANG, (Lenteratoday) - Belakangan ini kerja-kerja jurnalisme kian menjadi sorotan, pasalnya beberapa hari yang lalu, sosial media sempat dibuat geram dengan tulisan seksis mengenai tubuh atlet perempuan di salah satu media online.

Atensi publik pada pemberitaan yang cenderung seksis, sensual, dan menyudutkan perempuan, tentu semakin merugikan perempuan. Selain menghilangkan intelektualitas perempuan, pemberitaan terkait selangkangan, birahi dan bentuk tubuh perempuan memicu produksi ulang pikiran misogini, dan subordinasi terhadap perempuan.

Padahal jika dalam kasus pemberitaan atlet perempuan, dengan segudang prestasi, media seharusnya tidak melupakan fungsinya sebagai agen informasi yang mengedukasi.

Ketua Divisi Gender, Anak dan Kelompok Marjinal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang, Benni Indo menjelaskan, fenomena ini terjadi karena media gagal melaksanakan fungsinya. "Seksisme setiap waktu hampir terjadi, karena media melihat tubuh perempuan mempunyai daya jual," ujarnya saat dihubungi lentera lewat sambungan telepon.

"Dalam kasus berita soal atlet perempuan inikan, esensinya bukan berita, tapi selangkangan, birahi, sedangkan media kan butuh orang untuk mengunjungi website mereka, nah tubuh perempuan dijadikan komoditas, dan menurut mereka tubuh perempuan punya daya jual," lanjutnya pada Kamis, (5/8/2021). Kondisi demikian kemudian bertambah parah dengan rendahnya tingkat literasi masyarakat.

"Literasi masyarakat yang rendah melihat berita seperti ini justru penasaran, jadi mereka membaca berita itu bukan karena membutuhkan, tapi karena ingin tahu," kata Beni.

Orientasi industrialisasi media massa yang juga menjadi penyebab produksi jurnalisme tak lagi mengindahkan fungsi dari kerja-kerja jurnalistik itu sendiri. "Industrialisasi media massa inikan orientasinya keuntungan, kalau sudah bicara soal kepentingan tentu fungsi media massa sudah jadi faktor sekian," terusnya.

Meski tulisan yang membuat gempar jagat maya itu bukan termasuk karya jurnalistik karena tak melewati proses kerja-kerja jurnalisme, namun media tersebut masih harus bertanggung jawab dengan tulisan yang dihasilkan dan dampaknya pada publik.

Dalam ketentuan legal formal , belum ada ketentuan yang mengatur perusahaan pers agar tidak memproduksi berita seksi, akan tetapi berdasarkan etika dan local wisdom yang ada, berita seksis tak layak untuk diproduksi media massa. (ree)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.