19 April 2025

Get In Touch

Kisah Pelaku UMKM Temukan Ide Cemerlang di Tengah Himpitan Kesulitan Pandemi

Dua dari kiri, Ai Rose tengah berswafoto dengan Camat Sukun, Kota Malang, saat kunjungan UMKM di Rumahnya.
Dua dari kiri, Ai Rose tengah berswafoto dengan Camat Sukun, Kota Malang, saat kunjungan UMKM di Rumahnya.

MALANG, (Lenteratoday) - Pandemi mengubah kebiasaan hidup. Pandemi juga merenggut berbagai hal, termasuk pekerjaan. Inilah yang dialami oleh Ai Rose. Pandemi memaksanya untuk memutar otak, mencari sumber pendapatan lain demi bertahan hidup.

Meski bertempat tinggal tak begitu jauh dari Balai Kota Malang, namun Ai mengaku tak mendapatkan bantuan dari Pemerintah Daerah, sama sekali. "Ya dulu ada pendataan-pendataan, tapi ya gitu cuma pendataan aja, sampai sekarang belum ada bantuan yang turun," keluhnya.

Suami Ai adalah seorang penjaga kolam renang. Sejak pandemi, kolam renang tak lagi ramai pengunjung. Suaminya terpaksa berhenti bekerja. Usaha jahit Ai sudah lama sepi pelanggan karena pagebluk. Keluarganya praktis tak ada lagi pemasukan, akan tetapi bukan perempuan tangguh jika menyerah pada keadaan.

Dalam kondisi terdesak, Ai melihat peluang usaha kuliner. Inspirasi ini didapatkan sejak pandemi. "Justru awal mula sejak pandemi. Sebenarnya saya usaha di bidang jahitan sejak pandemi gak ada yang jahit. Jadinya pandemi itu gak ada pemasukan," tutur perempuan asal Tasikmalaya ini.

"Lalu pandemi inikan banyak sekali orang yang butuh minum-minuman herbal, untuk menjaga imun tubuh, kebetulan di belakang rumah banyak akar pohon timpang, Nah, awalnya itu kalau ada yang minta ya kasih aja, sampai teman-teman jauh juga kadang minta," sambungnya.

"Terus gembar gembor minum jamu makin banyak, Lalu temen-temen yang jauh tau kalau saya punya kunyit putih. Nah, ide ini muncul waktu saya ngerasa kok repot banget ya kalau kirim utuh rimpang begitu, makan biaya ongkir juga, jadi saya olah akhirnya, cari tutorial di Youtube," kata Ai.

Niat hati ingin membantu sesama, keputusan Ai mengolah tumbuh-tumbuhan menjadi bubuk minuman siap pakai membawa keberuntungan. "Pasti ada gagalnya, saya praktik 3 kali baru bisa jadi bubuk, praktik awal yang berhasil ya temulawak instan, mungkin karena referensinya dari youtube ya, jadi kan caranya beda-beda," terusnya mengisahkan.

Berbekal tutorial, dalam waktu 3 bulan, Ai dengan keluarga memutuskan untuk menjual jamu hasil olahannya. "Ya akhirnya jadi usaha keluarga, suami juga akhirnya bantu dagang jamu kemasan ini, akhirnya ya kita belajar bikin kemasan, bikin logo. Anak saya yang nomor satu jadi designer logonya," terang Ai pada lentera, Jumat (13/8/2021).

Pemasaran jamu Sahabat Rimpang kini dilakukan melalui daring, lewat sosial media dan market place. Followers instagram jamu Sahabat Rimpang, kini menyentuh angka 2.000 lebih. Meski tidak menyebut nominal penghasilan, bisnis yang ia rintis sejak tahun 2020 ini cukup membiayai keluarganya dengan 3 orang anak. (ree)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.