
SURABAYA (Lenteratoday) – Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Republik Indonesia, Ikatan Alumni Universitas Surabaya (IKA UBAYA) berkolaborasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Surabaya (BEMUS) menggelar launching dan bedah buku berjudul “Aku dan Ubaya: Female Ubayatizen Untold Story”. Buku ini merupakan kumpulan karya 76 Female Ubayatizen yang terdiri dari mahasiswi, dosen, tenaga kependidikan hingga alumni perempuan dalam bentuk kisah cerita, puisi atau lukisan tentang UBAYA. Kegiatan launching dan bedah buku Aku dan UBAYA diresmikan secara daring oleh Rektor UBAYA, Dr. Ir. Benny Lianto, MMBAT dan Ketua Umum IKA UBAYA, Dr. M. Adi Toegarisman, S.H, M.H., Selasa (17/8/2021).
Rektor UBAYA, Benny Lianto mengapresiasi hasil kolaborasi yang harmonis antara seluruh sivitas akademika dan alumni sehingga mampu meluncurkan sebuah karya buku berjudul “Aku dan UBAYA: Female Ubayatizen Untold Story”. Sesuai dengan semangat kemerdekaan Republik Indonesia, Benny Lianto percaya bahwa kegiatan seperti ini akan menjadi bagian dari gerakan-gerakan Indonesia tangguh Indonesia tumbuh.
“Buku Aku dan UBAYA menjadi bukti adanya kontribusi selama masa pandemi oleh sivitas akademika dan alumni perempuan UBAYA. Saya percaya buku ini akan selalu mengingatkan keberadaan kita semua ketika berproses dan hidup di UBAYA. Semoga kegiatan yang dimulai dari Female Ubayatizen akan berlanjut, diikuti dengan karya buku sivitas akademika dan alumni lain yang bisa bermanfaat bagi masyarakat,” ungkap Benny Lianto.
Pada momen istimewa ini, acara dihadiri oleh Sekretaris Yayasan UBAYA, Yusrambono,S.H., M.Si., Wakil Rektor II UBAYA, Dr. Noviaty Kresna Darmasetiawan, S.Psi., M.Si., CBC., Wakil Rektor III UBAYA, Dr. Dra. Christina Avanti, M.Si., Apt., Ketua I IKA UBAYA, Drs.ec. Erwin Haricahyo, Female Ubayatizen, IKA UBAYA, tokoh-tokoh mahasiswa, dan tamu undangan. Ketua Umum IKA UBAYA, M. Adi Toegarisman yang juga hadir dalam acara mengatakan bahwa menulis atau menuangkan pemikiran dalam tulisan tentu bukan pekerjaan yang mudah. Jika tidak memiliki niat yang kuat dan tidak sering dilatih maka sulit untuk diwujudkan. Oleh sebab itu, M. Adi Toegarisman sangat bangga dengan hasil karya 76 Female Ubayatizen.
“Harapannya ke depan bisa menulis yang lebih spesifik sesuai dengan aneka perkembangan atau kebutuhan di masyarakat. Sudah saatnya bagi UBAYA go public dalam arti pemikiran yang bisa diterapkan untuk kebutuhan masyarakat menyongsong hambatan atau tantangan perjalanan bangsa Indonesia ke depan,” terangnya.
Ketua Panitia Acara dan Penulisan Buku, Ituk Herarindri, S.E. juga mengucap syukur dan merasa senang atas terselenggaranya kegiatan launching dan bedah buku Aku dan UBAYA di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Anggota IKA UBAYA yang akrab disapa Ituk itu mengungkapkan bahwa Buku Aku dan UBAYA telah dipersiapkan sejak bulan April 2021. Ituk mengaku awal mula membuat buku berasal dari keinginannya bersama anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan IKA UBAYA untuk mengadakan kegiatan yang positif dan bermanfaat dalam rangka memperingati Hari Kartini.
Akhirnya tercetuslah ide untuk membuat buku yang berisi kumpulan tulisan karya para Kartini UBAYA. Menulis menjadi pilihan yang tepat karena sesuai dengan hobi R.A. Kartini sekaligus kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama di masa pandemi tanpa harus tatap muka.
Kegiatan ini dimulai dengan memberikan pelatihan workshop menulis. Kemudian dilanjutkan dengan menulis bersama, lomba cover buku dan launching buku yang dilakukan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76. Semua kegiatan ini adalah hasil kerja sama antara mahasiswa melalui BEMUS, dosen, tenaga kependidikan dan IKA UBAYA.
“Buku ini adalah karya asli dari mahasiswi, dosen, karyawati dan alumni perempuan UBAYA. Kami menyebutnya Female Ubayatizen. Jadi isi buku ini menceritakan testimoni atau pengalaman pribadi mereka tentang UBAYA. Contohnya perjuangan mendapatkan beasiswa, meraih prestasi, aktivitas kemahasiswaan yang berkesan, perjalanan karir, kenangan-kenangan indah, percintaan dan sebagainya,” ucap Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan IKA UBAYA.
Proses pembuatan buku ini tidak mudah karena perlu adanya kreativitas, koordinasi dan komunikasi yang baik. Namun, Ituk menyadari jika kegiatan seperti ini bisa menjadi sarana sebagai pelepas rindu, reuni dan mengenal keluarga besar UBAYA dari lintas generasi, fakultas, angkatan, provinsi dan profesi.
Buku Aku dan UBAYA yang berisi 76 karya Female Ubayatizen sudah dicetak sebanyak 200 buku. Jumlah karya dalam buku diambil dari usia 76 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Saat ini buku Aku dan UBAYA tidak dijual secara komersial tetapi dibagikan kepada para penulis, IKA UBAYA dan Perpustakaan UBAYA.
“Buku ini bisa menjadi kumpulan testimoni, suvenir UBAYA sekaligus warisan nostalgia yang bernilai pada masa kini maupun masa yang akan datang. Semoga buku ini bisa menginspirasi dan membuat lebih bangga atau cinta kepada UBAYA. Saya berharap akan ada karya atau buku lain yang menyusul, misalnya kumpulan tulisan dari alumni UBAYA yang sukses di bidang masing-masing,” tutup Ituk.(hms)