20 April 2025

Get In Touch

Pentingnya Melatih Kecerdasan Emosional Anak Sejak Dini

Pentingnya Melatih Kecerdasan Emosional Anak Sejak Dini

Surabaya – Kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ) tak kalah pentingnya dengan kemampuan intelegensi  atau Intelligence Qoutient (IQ). Untuk itu, kecerdasan emosional sangat penting untuk dilatih sejak dini.

hal itu diungkapkan dosen sekaligus Dekan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes. Dia mengemukakan alasan penting mengapa orang tua harus menumbuhkan dan melatih kecerdasan emosional anak sejak dini.

EQ merupakan kemampuan seseorang mengenali, mengelola, dan mengontrol emosi terhadap diri sendiri, orang lain, serta situasi di sekitarnya. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa EQ  bahkan menjadi faktor yang paling berkontribusi pada pencapaian kesuksesan seseorang.

Mengutip pernyataan Joseph LeDoux seorang neuroscientist dari  New York University, bahwa di batang otak manusia bertumpu sekelompok sel yang berfungsi memproses hal-hal yang berkaitan dengan emosi. Organ otak ini bersifat plastis dan mudah dibentuk sesuai dengan rangsang-rangsang yang diperoleh dari lingkungan.

“Oleh karena itu, semakin dini anak memperoleh proses belajar untuk melatih emosinya, maka anak semakin menerima rangsang-rangsang pada pembentukan amigdalanya,” papar Nurul.

Manajemen emosi, lanjut dia, bisa dilatihsejak awal kehidupan anak berusia nol. Secara alamiah anak akan memunculkanemosi positif seperti rasa senang dan emosi negatif seperti marah yang biasanyaditunjukkan dengan perilaku menangis.

“Sehingga peran ibu menjadi sangat pentingbagi anak untuk belajar manajemen emosi di hari-hari pertamanya. Pembelajaran emosipada anak efektif dilakukan melalui penguatan positif yang disesuaikan dengankarakteristik perkembangan anak,” terang dosen pakar psikologi dan konselingkeluarga tersebut.

Penguatan positif oleh orang tua dan lingkungan pada pembelajaran emosi anak, dapat dilakukan melalui, pertama mengajarkan anak mengenali emosi yang dirasakan dan secara bertahap diajak memberikan nama atas emosi yang sedang terjadi.

Kedua, mengajarkan anak untuk berempati dan mengenali emosi orang lain. Ketiga, mendengarkan anak dan mengajarkan cara mengekspresikan emosi dalam bentuk perkataan maupun sikap yang bisa diterima orang lain.

“Anak dengan manajemen emosi yang negatif akansulit mengelola emosi atau perasaannya ketika berhadapan dengan situasi ataukeadaan yang tidak diinginkan atau diharapkan. Realitasnya, setiap individuharus siap dengan perubahan dan keadaan yang tidak sesuai rencana dan/atauharapan,” ungkap Nurul.

Sementara itu, manajemen emosi yang negatifdapat memunculkan perilaku yang juga negatif. Hal tersebut akan berdampak padarelasi interpersonal, bahkan terhadap masalah kesehatan. Nurul pun berbagi tipsuntuk mengatasi perubahan emosi pada anak. Saat anak tantrum, semisal marah,menangis, menjerit, memukul, melempar, berguling-guling atau tidak mau beranjakdari tempatnya, maka orangtua harus tenang dan menemukan penyebabnya.

“Setelah mengidentifikasi sebab tantrum anak, maka orangtua harus berempati dan  berusaha mengomunikasikan dengan tenang pula kepada anak tentang sikap dan perilaku yang benar dan baik dalam mengekspresikan emosi yang dirasakan,” tuturnya.

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.