
KOTORAN selalu menjadi problem serius bagi peternakan sapi. Bau dan lingkungan kumuh seringkali berbuah komplain dari warga sekitar, apalagi jika jumlah limbah yang dihasilkan "super duper" banyak. Tapi, kondisi ini tidak dialami Literasi (Lingkungan Peternakan Sapi Terintegrasi), mitra binaan Petrokimia Gresik. Mereka justru mampu mengubah kotoran sapi menjadi cuan, termasuk untuk membayar Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS), sehingga usahanya terlindungi.
OLEH: ASEPTA YOGA PERMANA
Program Literasi dikembangkan di Desa Sumbersari, Kec. Sambeng, Kab. Lamongan sejak tahun 2018 silam oleh kelompok Sumber Rejeki. Program ini menjadi solusi komprehensif, bahkan mampu memberikan nilai tambah atas segala permasalahan peternak sapi yang selama ini menjadi momok.
Literasi, cikal bakalnya bernama "Suri Insap" yang merupakan akronim dari Sumbersari Industri Sapi. Namun dalam perjalanannya, program ini tidak hanya memberikan manfaat bagi pelakunya. Tapi juga menjadi inspirasi peternak lain sehingga berubah nama menjadi Literasi yang fokus pada breeding dan edukasi peternakan.
"Siapapun boleh belajar, khususnya terkait teknologi budidaya," ujar Ketua Paguyuban Sumber Rejeki, Tomi Distianto, baru-baru ini.
Pertama, makanan sapi dalam program Literasi tidak hanya menggunakan rumput seperti umumnya para peternak. Sapi-sapi di sana diberi makan limbah pertanian, yaitu jerami yang difermentasi dengan produk inovasi Petrokimia Gresik, Petrobiofeed. Dengan makanan olahan ini sapi makan sangat lahap dan kotoran yang dikeluarkan juga tidak berbau.
"Dari sini kita menyelesaikan masalah limbah pertanian. Meskipun termasuk limbah organik, jika dalam jumlah besar, limbah ini tetap akan memunculkan masalah," tandasnya.

Kedua, sebagian besar kotoran sapi dimanfaatkan untuk biogas dan sisanya dimanfaatkan sebagai bahan baku media tanam organik, dengan nama produk "Media Tanam Literasi". Media tanam ini merupakan hasil fermentasi kotoran sapi dengan produk inovasi Petrokimia Gresik, Petrogladiator yang dikombinasikan dengan arang sekam, cocopeat dan kalsium.
"Campuran ini memiliki kandungan yang bagus untuk media tanam. Ini merupakan hasil pelatihan dari tim Riset Petrokimia Gresik, termasuk terkait pengelolaan bisnisnya," imbuhnya.
Ketiga, "Bank Literasi", dimana rupiah dihasilkan bukan dari jual beli kotoran, melainkan dari jasa pengantongan kotoran sebesar Rp5.000 per karung. Saat tabungan terkumpul, peternak diarahkan mengikuti AUTS. Sehingga Bank Literasi dapat menjawab permasalahan asuransi hewan ternak agar tidak merugi jika terjadi musibah.
Terakhir, green house merupakan pengembangan dari produk media tanam yang ditanami tanaman obat keluarga (TOGA) dan sayuran serta dikelola istri para peternak. Hasilnya kemudian diolah menjadi jamu tradisional bernama "Ceglug" yang dapat meningkatkan imun dalam tubuh, sehingga baik dikonsumsi untuk pencegahan penularan Covid-19.
“Program ini sekarang memang skalanya masih kecil, namun melihat manfaatnya yang begitu banyak, harapan kami ke depan cakupan program ini juga bisa semakin luas,” tandas Tomi.
Tomi menambahkan, dengan adanya program Literasi, anggota Sumber Rejeki menganggap beternak sapi bukan lagi sebagai kerja sambilan. Mereka lebih fokus dalam mengembangkan usaha ini untuk peningkatan kesejahteraan.
“Saat ini ada 25 peternak yang tergabung dalam kelompok Literasi, dengan total sapi sekitar 27 ekor,” ujar Tomi.
Menurutnya, dengan sistem perawatan yang dibina Petrokimia Gresik, hasil beternak sapi menjadi lebih optimal. Peternak yang menabung di Bank Literasi pun tidak hanya anggota paguyuban Sumber Rejeki saja, tapi juga peternak lain yang ada di Sumbersari.
Sementara itu, produk Media Tanam Literasi juga sangat diminati pasar. Karena produknya diolah dengan produk unggulan Petrokimia Gresik, dan prosesnya dua kali penyaringan, sehingga media tanamnya lebih lembut.
Berkat program binaan ini, Tomi mengaku paguyuban Sumber Rejeki telah mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Lamongan sebagai "Juara I Manajemen Kelompok Agribisnis Komoditas Sapi Potong Kabupaten Lamongan Tahun 2018".
Sedangkan SVP Umum Petrokimia Gresik, Agung Setiya Budhi menyampaikan bbahwa CSR Petrokimia Gresik saat ini tidak sekedar charity. Tapi juga berupaya memberdayakan masyarakat dengan menggali dan mengembangkan potensi daerah di sekitar perusahaan, sesuai dengan prinsip Sustainable Development Goals atau pembangunan berkelanjutan.
Seperti program Literasi yang ada di Desa Sumbersari-Lamongan. Sebagian besar masyarakat disana adalah peternak sapi yang sebelumnya masih menggunakan cara-cara tradsional.
Kemudian dikembangkan secara komprehensif dan terintegrasi, dengan teknologi yang lebih modern serta memperhatikan aspek lingkungan. Saat ini manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh penerima program, tapi juga masyarakat sekitar dan peternak lainnya di Kabupaten Lamongan.
Literasi ini merupakan salah satu contoh program kebermanfaatan yang diinisiasi oleh Petrokimia Gresik. Saat ini Petrokimia Gresik juga mengembangkan program pemberdayaan berkelanjutan di daerah lain sesuai dengan potesi masing-masing, seperti Kampung Pisang Trepan, Ekowisata Mangrove Kali Lamong, dan masih banyak lagi lainnya.
Tidak menutup kemungkinan, keberhasilan dari porgram-program ini diadobsi di tempat lain, sehingga manfaat yang dirasakan bisa semakin luas lagi cakupannya.
"Kita tidak hanya memberi ikan, tapi juga kailnya. Sehingga manfaat yang dirasakan berkelanjutan," tandasnya.(*)