20 April 2025

Get In Touch

Menggali Kreativitas dan Produktivitas di Dunia Digital

Menggali Kreativitas dan Produktivitas di Dunia Digital

SURABAYA (Lenteratoday) - Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal di Indonesia, termasuk di ranah digital Indonesia. Peluang tersebut harus dimanfaatkan oleh semua masyarakat di Indonesia untuk mendorong kegiatan-kegiatan kreatif dan produktif di ruang digital.

Namun, ironinya masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyelenggarakan seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema "Menggali Kreativitas dan Produktivitas di Dunia Digital". Webinar yang diselenggarakan Selasa (31/08/2021), diikuti oleh 117 peserta talenta digital secara daring.

Diyah Wahyuningtyas (pengajar BIPA) yang memandu jalannya diskusi menghadirkan empat narasumber yang cakap pada bidangnya untuk berbagi pengetahuan. Mereka adalah Arief Budiono, S.T, M.M  (Startup Enthusiast), Suhardiman Eko (Manager Konten LENTERA TODAY), Steve Pattinama (Producer Cameo Project), Oktora Irahadi (Kepala Bidang Strategi Komunikasi Siber Kreasi). Hadir juga sebagai key opinion leader Erbe Sentanu (Founder Keluarga Katahati Indonesia).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber sangat beragam, meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.  

Arief Budiono yang membahas tentang digital skill, menyoroti tentang kondisi Indonesia yang memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang terintegrasi dengan jaringan internet yang selalu berinovasi. "Penting sekali memiliki SDM yang mumpuni untuk dapat mengimbangi kemajuan teknologi yang sedemikian pesat," jelas Arief.

Sementara itu, Suhardiman Eko menyambung dengan topik digital culture. Selain kecakapan digital, budaya demokrasi juga harus dibangun di ranah digital. Perlunya masyarakat untuk belajar mengembangkan budaya saling menghormati di ranah digital, sebagai bagian dari budaya luhur Bangsa indonesia, menjadi dasar pembahasan digital culture.

"Demokrasi dimulai dengan menghormati pendapat orang lain, termasuk di dalamnya menghormati konten / unggahan orang lain - sebagai bagian dari ‘voice’ -pendapat / suara orang lain," terang Suhardiman.

"Masyarakat Indonesia dikenal ramah dan santun. Namun, tak begitu di dunia maya. Survei Digital Civility Index (DCI) yang dilakukan Microsoft pada tahun 2020, menempatkan warganet Indonesia sebagai negara dengan kesopanan digital terburuk di Asia Tenggara," tambahnya.

Steve Pattinama yang membahas digital ethics juga turut menjelaskan bahwa dalam proses penyampaian informasi juga ada etika tersendiri. “Penyampaian informasi hendaknya disampaikan secara tepat sasaran, mengikuti aturan, berdasarkan fakta dan tidak mengandung unsur kekerasan, SARA, dan pornografi. Pasalnya, mengunggah segala konten tanpa memilahnya atau oversharing dapat membawa petaka bagi pengguna itu sendiri,” tuturnya.

"Mari kita gunakan kemajuan teknologi dengan pintar dan bijak, agar kita bisa dapatkan manfaat yang sebesar-besarnya," ajak Steve mantap.

Di dunia internet, semua orang punya kesempatan untuk mengakses konten kita. Ada begitu banyak kesempatan untuk miskonsepsi. Dalam kaitan dengan keamanan di dunia digital, atau digital safety, Oktora Irahadi hadir di sesi terakhir untuk menjelaskan tentang strategi jitu dalam digital safety.

"Dunia digital adalah extended reality kita. Pentingnya edukasi diri untuk mengasah terus skill kita. Sharing yang penting, bukan yang penting sharing," tuturnya.

Dalam sesi KOL, Erbe Sentanu menyampaikan refleksi tentang kreativitas sebagai hasil perenungan dan internalisasi nilai-nilai kita.  “Kreativitas itu akan muncul sendiri dalam diri sendiri, dengan cara mau belajar, dari semua lini, lingkungan dan lain sebagainya. Kreativitas lahir dari apa yang kita lakukan dengan sukacita dan enjoy,” terangnya.

Membangun budaya literasi digital perlu melibatkan peran aktif masyarakat secara bersama-sama. Untuk menekan serbuan konten hoax/ negatif/ ujaran kebencian, pengguna internet harus melawan arus tersebut dengan mengisi menggunakan konten positif dan kreatif.

“Kita perlu terus mendorong konten-konten yang positif, harapannya konten negatif/ hoax akan semakin terpinggirkan, digantikan dengan konten yang inspiratif, sehingga menginspirasikan perubahan” ujar Suhardiman dalam closing statement.

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.