25 April 2025

Get In Touch

Komitmen Cegah Pernikahan Dini Usia, Gubernur Khofifah Dapat Penghargaan Manggala Karya Kencana

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menerima penghargaan Manggala Karya Kencana.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menerima penghargaan Manggala Karya Kencana.

SURABAYA (Lenteratoday) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menerima penghargaan Manggala Karya Kencana dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Penghargaan tersebut atas komitmennya mencegah pernikahan dini usia, dengan mengeluarkan Surat Edaran (SE) sosialisasi pentingnya mencegah pernikahan dini.

Seusai menerima penghargaan tersebut, Gubernur Khofifah mengakui bahwa angka pernikahan dini usia di Jatim masih cukup tinggi. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Pengadilan Agama (PA), sebanyak 80 persen nikah dini usia diakibatkan hamil di luar nikah. Karena itu, mereka mendapatkan dispensasi perkawinan karena sudah ada kehamilan yang mendahului.

Gubernur Khofifah menyebut bahwa pernikahan dini usia menjadi PR sejak dia menjabat sebagai Kepala BKKBN termasuk ketika menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan. "Rasanya komitmen saya tidak berkurang untuk bisa melakukan identifikasi dan mencari solusi, bagaimana kita bisa melakukan format secara lebih konperehensif," imbuhnya.

Sementara itu amanat Presiden Joko Widodo yang dimandatkan kepada Kepala BKKBN adalah stunting. Di mana kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dipengaruhi oleh stunting dan juga Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI dan AKB).

"Ini stuntingnya tinggi, AKI-nya tinggi, AKB-nya tinggi, ini ada lima Kabupaten di Jawa Timur," katanya.

Sementara itu, Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo menuturkan penghargaan ini diberikan kepada Gubernur Khofifah yang komitmen dan mendukung program BKKBN untuk mencegah pernikahan dini usia, khususnya usia 15 - 19 tahun.

"Karena indikator di BKKBN untuk bagaimana bisa menurunkan ASFM (Age Specific Fertility Rate) yang usia 15 sampai 19 tahun," tegasnya.

Terkait dengan apa yang disampaikan Presiden, maka BKKBN mendapat tugas baru yaitu mengendalikan angka stunting selain mengendalikan pernikahan dini usia serta kehamilan. Menurut Hasto Wardoyo, angka stunting mayoritas atau 70% dipengaruhi oleh lingkungan, perumahan, pendidikan dan kemiskinan.

Meski demikian, tetap ada faktor spesifik yang sangat real dan kongkrit, yaitu faktor faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan gizi atau nutrisi. Hasto Wardoyo menjabarkan, saat ini jumlah bayi yang lahir dengan understandar dengan panjang badan kurang dari 48 cm, masih dia tas 20%. Kemudian lahir belum cukup waktu atau prematur, masih diatas 25%. (ufi)

"Sebetulnya ketika kita terdapat keterbatasan anggaran, untuk menyelesaikan Rumah Tidak Layak Huni itu, butuh waktu beberapa tahun. Untuk menyelesaikan pendidikan dengan partisipasi sekolah butuh puluhan tahun," tandasnya.

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.