16 April 2025

Get In Touch

Wingko Babat Loe Lan Ing, Kudapan Khas Lamongan Sejak 1898

Wingko Loe Lan Ing
Wingko Loe Lan Ing

LAMONGAN (Lenteratoday) – Lamongan dikenal dengan berbagai kuliner yang cukup istimewa, mulai dari soto, kemudian ada juga tahu campur, sego boran, bahkan yang tak kalah terkenalnya adalah wingko yang lebih dikenal dengan wingko babat. Ya, siapa yang tidak tahu dengan makanan ringan yang satu ini.

Wingko sering kali dijadikan sebagai oleh-oleh khas Lamongan. Itu sebabnya, wingko banyak dijajakan di bus umum, kemudian juga ditemukan di terminal, stasiun, bahkan pelabuhan hingga bandara udara. Rasanya yang legit dan harganya yang terjangkau membuat wingko banyak diminati masyarakat dari berbagai daerah.

Tak salah, jika wingko ini adalah kuliner khas Lamongan, karena wingko memang tercipta di Lamongan. Dan, di tempat asalnya, Lamongan, wingko tidak hanya sebagai kudapan ringan saja, namun juga menjadi sajian istimewa pada acara-acara tertentu, seperti pada acara pertunangan dan juga pernikahan.

Banyak orang mengenal dengan nama wingko babat, karena wongko pertama kali diciptakan di Babat, salah satu kecamatan di Kabupaten Lamongan. Wingko babat pertama kali dipopulerkan oleh warga etnis Tionghoa asal Cina bernama Wuh Shu Syang pada tahun 1898.

Olivia, keturunan kelima dari Wuh Shu Syang dan pemilik gerai wingko Loe Lan Ing menyebutkan bahwa  waktu merintis wingko babat, Wuh Shu Syang menawarkan secara door to door kepada pembeli di kawasan terminal, stasiun, dan toko-toko kue. Dengan cara itu, wingko babat kemudian banyak dikenal masyarakat.

Usaha wingko ini terus dikembangkan oleh anaknya, salah satunya adalah Loe Lan Ing yang tetap mengembangkan usaha wingko di Babat. Kemudian saudaranya, Loe Lan Hwa mengembangkan usaha tersebut di Semarang, sehingga wingko juga banyak dikenal di Semarang.

Seabat satu dekade lebih berdiri, kini Loe Lan Ing telah menginjak generasi ke 5. Namun, menariknya semua prosedur pembuatan wingko dilakukan dengan cara konfensional. Penerus usaha wingko babat tertua itu kekeh tidak mengganti proses pembuatan dengan cara modern. Hal itu untuk mempertahankan cita rasanya.

Semua proses pembuatan mulai dari dilakukan secara manual. Bahkan bahan yang digunakan juga menggunakan bahan yang benar-benar fresh dan berkualitas, diantaranya dasar kelapa muda, tepung beras ketan dan gula. Tak heran, jika cita rasanya juga tetap nikmat.

Proses pemanggangan juga masih menggunakan tungku tradisional dengan kayu bakar. Hingga, proses pancking pun masih menggunakan cara manual. Olivia mengatakan, yang membuat wingkonnya tetap aksis meski pesaingnya makin banyak ialah proses konvensional yang diajarkan secara turun temurun tersebut.

Untuk mengembangkan usahanya, Olivia pun berinisiatif untuk membantu para pelaku UMKM di wilayah tempat usahanya. Olivia juga membuka produksi wingkonya di Surabaya untuk memenuhi permintaan di berbagai tempat termasuk di Bandara Udara Juanda.

Nah, rasanya tidak afdhol jika bertandangan ke Lamongan namun tidak menikmati kuliner khasnya, termasuk wingko. Untuk mendapatkannya, cukup mudah karena banyak tersebar di berbagai toko kue. Sedangkan untuk mendapatkan wingko Loe Lan Ing, bisa datang langsung di gerainya di Babat, Lamongan. (dit)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.