17 April 2025

Get In Touch

Ahmad Riyadh: Syukuri Perubahan, Pengadilan hingga Sepakbola Pun Beradaptasi

Ahmad Riyadh UB Ph.D. Foto: Rahmad Suryadi
Ahmad Riyadh UB Ph.D. Foto: Rahmad Suryadi

SURABAYA (Lenteratoday) - ‘Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugrah’. Selarik lirik lagu ini menggambarkan semangat yang ingin ditularkan tokoh sekaligus advokat Ahmad Riyadh UB Ph.D kepada masyarakat di tengah pandemi yang belum diketahui kapan akan usai. Seluruh sektor di dunia, mulai dari pendidikan, perekonomian, pengadilan hingga pertandingan sepakbola bisa melakukan adaptasi.

Pandemi Covid-19 menjadi momentum yang tepat untuk melatih,mengolah dan meningkatkan rasa syukur atas nikmat Tuhan Yang Maha Kuasa. Di saat inilah semua lini kehidupan bak kembali ke kondisi asal.

“Pada masa ini, manusia dikembalikan pada kondisi standar kehidupan sebagai manusia. Karena itu, manusia harus selalu bersyukur di situasi pandemi ini,” ucap Advokat, Ahmad Riyadh UB Ph.Dmembuka perbincangan dengan Lentera Media.

Riyadh mengatakan, yang diperlukan saat ini adalah kekompakan masyarakat dan pemerintah, dalam menjalani era new normal. ”Hidup mungkin akan lebih susah dengan new normal, tetapi  orang tetap harus mensyukuri apa yang ada dan tetap  menjalankan program dan rencana, dengan penyesuaian,” katanya lagi.

Penyesuaian yang dilakukan diantaranya terkait aspek digitalisasi. “Era digitalisasi sendiri sebenarnya telah dimulai sebelum pandemi. Sejak 2019, pengadilan sudah menerapkan e-court, orang bisa berada di rumah namun hadir secara online di tiga sidang sekaligus dalam waktu bersamaan,” katanya.

Masyarakat juga sudah tidak perlu datang ke pengadilan langsung untuk mengetahui hasil sidang. Sebab putusan sudah bisa diketahui melalui perangkat digital. “Jadi sebelum pandemi Covid-19, dunia hukum di Indonesia sudah mulai melakukan digitalisasi. Dengan adanya pandemi, adaptasi pemanfaatan teknologi menjadi keharusan. Tapi secara garis besar kami tidak terkejut lagi,” katanya.

Sementara, sebagai Ketua Asprov PSSI Jawa Timur, Riyadh menilai meski berbagai kompetisi harus menelan ‘pil pahit’ karena tidak adanya pertandingan, tapi tetap harus disyukuri. Apalagi saat ini meski terbatas, Liga di berbagai negara termasuk Indonesia juga mulai diizinkan bergulir.

“Kehadiran supporter di lapangan memang mampu memberikan  motivasi kepada pemain secara langsung. Mental pemain akan lebih bersemangat. Namun karena pandemi, beberapa pertandingan membatasi supporter, bahkan pertandingan tanpa penonton menjadi lazim. Tidak apa-apa saya kira, karena menurut survey, di kala pandemi masyarakat makin banyak yang menikmati pertandingan sepakbola dari rumah,” jelasnya.

Menurut Riyadh, dengan banyaknya penonton dari rumah makin banyak pula sponsor yang masuk industri penyiaran. Perusahaan-perusahaan memilih memberikan dana promosi dan iklan melalui stasiun televisi. “Ini bagus, akhirnya menggerakkan sektor lain juga,” katanya.

Satu hal yang sangat positif saat pandemi, hubungan antara anggota keluarga makin dekat dan erat. Sekolah daring mendorong orangtua untuk selalu mendampingi anaknya. Sehingga otomatis mengetahui perkembangan buah hati dari waktu ke waktu. “Bahkan dengan melihat sepakbola dari rumah, makin asyik karena ditemani anak-istri. Camilannya juga tersedia. Jadi ya memang harus disyukuri,” jelasnya.

Riyadh memandang, bidang apapun memerlukan penyesuaian. “Ini menjadi tugas penting pemerintah untuk melakukan sosialisasi. Namun antara masyarakat dan pemerintah harus kompak untuk menjaga agar situasi ini tidak membuat menjadi lengah dengan euphoria berlebih. Sebab bisa berakibat buruk dengan kembali naiknya kasus Covid-19 seperti di bulan Juni-Juli kemarin. Jadi memang semua pihak harus bisa menahan diri,” pungkasnya.

Reporter: Maria Endang/Rahmad Suryadi/Ardini

Editor: Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.