25 April 2025

Get In Touch

Sebanyak 600 Perempuan Pengajar Perdamaian dari Berbagai Negara Gelar Pertemuan Daring

Pengajar perdamaian Kurdistan Abdulaziz Nabi, dari Irak, mempresentasikan materinya. Foto : Humas IWPG.
Pengajar perdamaian Kurdistan Abdulaziz Nabi, dari Irak, mempresentasikan materinya. Foto : Humas IWPG.

SURABAYA (Lenteratoday) – Tak kurang dari 600 pemimpin perempuan dari berbagai negara hadir dalam pertemuan International Women's Peace Lecturer Network yang digelar secara daring pada Kamis (30/9)  pukul 7 malam (waktu di Korea). Pertemuan yang digelar oleh International Women's Peace Group (IWPG) di bawah pimpinan Hyun Sook Yoon ini mengambil tema 'Kekuatan Perempuan untuk Memimpin Dunia yang Damai Berkelanjutan'.

Para pemimpin perempuan yang hadir berasal dari Korea dan berbagai negara lain, termsuk pula mereka yang masih dalam Pendidikan Pelatihan Pengajar Perdamaian Perempuan (PLTE).

PLTE ini sendiri pertama kali dimulai di Seoul, Korea pada tahun 2017, dan telah tersebar ke luar negeri di 21 negara (China, Nigeria, India, Timor Leste, Jerman, Myanmar, dan 15 lainnya) pada tahun 2018 dengan 10 pelajaran pelatihan. Sejak  tahun 2019 hingga kini, telah puluhan lulusan. Para lulusan pun berasal dari berbagai negara, Lulusan pertama berasal  dari antara lain Cina, Ethiopia, dan Irak. Dan terus berkembang hingga pada 2021 ini peserta pelatihan ini total berjumlah 1.080 pengajar perdamaian perempuan dari 77 negara.

Perdamaian dimulai dengan 'aku' dan menyebar ke keluarga, tetangga, masyarakat, negara, dan dunia.  Ini adalah inti dari PLTE.  Menyatukan 3,9 miliar perempuan di seluruh dunia melalui PLTE, dan terus menanam benih perdamaian sebagai pemimpin perempuan, menjadi alasan diadakannya International Women's Peace Lecturer Network yang pertama ini.

Pada acara tersebut, Kurdistan Abdulaziz Nabi, pekerja sosial dari Irak;  Jung Shik Lee, Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Perdamaian di IWPG Cabang Daejeon Chungcheong Korea, dan Viktorija Mousa, Pendiri Touring School dari Belanda, mempresentasikan studi kasus dengan informasi tentang implementasi, peningkatan, dan pengumuman rencana masa depan untuk PLTE.

Kurdistan Abdulaziz Nabi mengatakan, “Awalnya, para peserta mengira tidak ada cara untuk mencapai perdamaian karena mereka dilahirkan dalam konflik dan perang.  Saya belajar bagaimana mewujudkannya dan meminimalkan konflik.”

 “Cabang Daejeon Chungcheong di Korea Selatan melatih 61 pengajar perdamaian dari Februari hingga September 2021. Upacara kelulusan diadakan pada 11 September, hari yang banyak diingat sebagai teror 9/11. Namun, hal itu akan dikenang sebagai hari yang terlahir kembali sebagai perdamaian," kata Direktur Jeong Shik Lee.

“Respons mahasiswa luar biasa, ada yang menangis haru, ada yang ingin bangkit dan mengungkapkan tekadnya pada diri sendiri, untuk hidup dan damai,” kata Viktorija Mousa.

“Kami berdiskusi dan mempraktikkan toleransi dan rasa hormat bahkan ketika kami berbeda dari yang lain, ” tambahnya.

Seluruh wisudawan PLTE menandatangani 'Resolusi Pengajar PLTE', dan Ejura Okpanachi dari Jerman membacakan resolusi tersebut atas nama wisudawan.

Dengan “International Women's Peace Lecturer Network” yang pertama ini sebagai batu loncatan, IWPG akan membentuk jaringan pengajar dari masing-masing negara. Diumumkan bahwa IWPG akan terus mengadakan webinar pengajar dan mengadakan PLTE dalam bahasa lokal untuk mempromosikan dan mendidik perempuan di seluruh dunia untuk lebih berpartisipasi secara sukarela dalam pendidikan perdamaian perempuan.

Reporter : Humas IWPG

Editor : Endang Pergiwati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.