
KEDIRI (Lenteratoday)-Bijaksana tidak memandang usia. Setidaknya inilah yang coba dipraktikkan Regina Nadya Suwono. Anggota DPRD Kota Kediri termuda ini mencoba memposisikan dua bidang yang kini tengah digelutinya, yaitu sebagai pebisnis dan wakil rakyat.
Seperti diketahui, kedua bidang tersebut saling bertolak belakang kepentingannya. “Bisnis ya pasti mengejar profit. Kalau politik itu lebih ke legacy. Untuk pengabdian. Keduanya tidak bisa dicampur. Bisa kacau,” ujar Regina saat ditemu, beberapa waktu lalu.
Selama pandemi Covid-19, Director Marketing and Sales Bukit Daun Hotel & Resort itu melakukan berbagai cara agar usahanya di bidang pariwisata itu bisa tetap bertahan. Jurus sebagai pebisnis pun dicurahkan untuk mencapai target bertahan. Salah satu langkahnya adalah penghematan, guna menghindari pemecatan arau merumahkan kayawannya.
Dengan beberapa kebijakan yang diambil, Mbak Rere, sapaan akrab Regina Nadya Suwono, bersyukur karena tidak harus mengurangi jumlah karyawannya. Bahkan, hotel yang dikelolanya tetap profit, meski tidak terlalu besar bila dibanding sebelum pandemi.
Saat menjalankan bisnisnya, gadis kelahiran 5 Oktober 1996 lalu itu memang berusaha profesional. Demikian pula saat menjalani peran sebagai legislator. Gadis yang duduk di Komisi B DPRD Kota Kediri ini tak mau setengah-setengah. Pyur meninggalkan pola pikir sebagai pebisnis, dan konsentrasi dan berpikir penuh sebagai wakil rakyat.
Alumnus Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) University Australia itu mengaku perannya di lembaga legislatif sebagai sarana pengabdian. “Tidak boleh ada mindset laba. Dulu modal berapa harus balik berapa. Mindset-nya harus diubah, nggak boleh ada pikiran untung rugi ”, lanjutnya.
Anak ketiga dari empat bersaudara itu mengaku bersyukur karena secara ekonomi sudah diberi kelebihan. Karenanya, Regina menggunakan kiprahnya di bidang politik untuk berkontribusi kepada masyarakat sekitar. “Saya bukan tipikal politikus dagang sapi, materi saya sudah cukup. Seebagai legislatif, adalah pengabdian dan berjuang untuk rakyat,” ungkapnya.
Di bidang bisnis, Regina juga tidak langsung menempati posisi di puncak. Melainkan harus merangkak dari bawah dengan menjadi sales. Dia juga wajib memakai seragam dan mendapat gaji seperti standar sales.
Politik pun tak berbeda. Gadis yang menempuh pendidikan SMA di San Yu Adventist School Singapore itu juga belajar dari bawah. “Kali pertama menjadi anggota dewan, saya off dari bisnis sampai setahun. Benar-benar belajar politik secara detail,” bebernya.
Dua tahun menjadi wakil rakyat dari daerah pemilihan Kota Kediri, Regina bisa menyesuaikan dinamika politik. Termasuk berbagai intrik yang biasa terjadi di dalamnya. Menghadapi kondisi sangat dinamis itu, satu yang menjadi pegangan gadis berambut panjang tersebut. Yakni, dia akan melakoni hal yang sesuai dengan peraturan. “Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Itu prinsip yang saya pegang,” tandasnya
Sebagai pendatang baru, Regina memang tidak mendapat posisi di alat kelengkapan dewan. Dia mengambil sisi positif dengan memanfaatkannya untuk mendekati konstituen di daerah pemilihan. “Saat yang lainnya kunjungan kerja, saya leluasa ke dapil,” tuturnya sambil tersenyum.
Dua tahun menjadi politisi, ada banyak hal baru yang dipelajari Regina. Termasuk bagaimana menyelaraskan idealismenya dengan realita. Baginya, semua akan terasa lebih mudah jika bekerja menggunakan naluri dan hati.
Menjadi legislator juga membuatnya benar-benar memahami kondisi masyarakat di lapisan paling bawah. “Saya buka gerobak jualan tahu goreng dan tahu walik di Jl Stasiun. Saya jadi tahu benar kesulitan masyarakat. Berbaur dengan mereka,” urai Regina yang sering kali memfasilitasi pedagang dan masyarakat lain untuk menyelesaikan masalahnya.
Bertahun-tahun menyelami kondisi sosial politik di Kota Kediri, Regina mengaku tak gentar. Pun saat ditanya kemungkinan dia melangkah ke skala yang lebih besar. Dia mengaku siap jika mendapat amanah dari rakyat. “Saya akan terus berusaha untuk bermanfaat bagi masyarakat. Caranya bisa dengan berpolitik, bisa membuat yayasan. Banyak caranya,” tandasnya berdiplomasi.(*)
Reporter: Gatot Sunarko/adv
Editor: Widyawati