
.
KEDIRI (Lenteratoday)- Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Kediri berkolaborasi dengan Univeristas Brawijaya memberikan pelatihan penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi guru SD dan SMP siswa berkebutuhan khusus. Pelatihan tersebut, diselenggarakan secara hybrid, penggabungan daring dan luring.
Pelatihan tersebut, diselenggarakan selama 4 hari yaitu pada 4, 8, 9 Oktober 2021 melalui daring, dan pada 16 Oktober 2021 dilakasanakan secara luring di Aula Dinas Pendidikan Kota Kediri. Kepala Dindik Kota Kediri, Siswanto menjelaskan latar belakangi diadakannya pelatihan tersebut adalah para guru pengajar siswa kebutuhan khusus ini sangat minim perhatian dari berbagai pihak.
Pendidikan inklusi merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan dengan pembelajaran yang ramah bagi semua peserta didik, baik reguler maupun anak berkebutuhan khusus. Sehingga sekolah tidak membeda-bedakan peserta didik, karena semua siswa berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang sama.
“Jadi awalnya kita meminta bantuan kepada berbagai pihak yang mau membantu kami dalam menyelenggarakan pelatihan ini. Dan kebetulan dari Universitas Brawijaya tertarik pada kegiatan ini dan mau bekerjasama menyelenggarakan diklat ini,” ungkap Siswanto, Sabtu, (16/10/2021).
Dalam pelaksanaanya, sebanyak 50 peserta yang berasal dari tenaga pengajar SD dan SMP yang ada di Kota Kediri menerima materi dari tim Universitas Brawijaya. Diharapkan dari pelatihan ini, para guru dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyelenggaraan pendidikan inklusi.
“Tujuan dari pelatihan ini, kedapannya dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru inklusif. Jika para guru ini memiliki tambahan ilmu, pastinya para siswa yang memiliki kebutuhan khusus akan merasakan dampak baiknya juga,” imbuh Siswanto.
“Harapan kami setelah diklat ini berakhir, siswa-siswa yang memiliki kebutuhan khusus ini bisa mendapatkan pendidikan sama seperti siswa reguler lainnya. Dan pendidikan di Kota Kediri ke depan akan semakin baik,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Dosen Berkarya sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya, Alies Poetri Lintangsari menjelaskan jika yang dilakukannya beserta tim dari Universitas Brawijaya tersebut adalah salah satu bentuk hilirisasi ilmu.”Jadi apa yang pernah kami dapatkan dan lakukan ditingkat pendidikan tinggi ini, dapat dimanfaatkan para guru di sini,” ungkapnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan diklat tersebt, Universitas Brawijaya menerjunkan 7 orang pemateri dari Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas MIPA, Fakultas Psikologi, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Fakultas Sospol dan Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Brawijaya.
Alies Poetri Lintangsari menyampaikan pelatihan berlangsung secara kombinasi, agar para peserta dapat menganalisis siswa disabilitas dengan konteks inklusi. Dalam rangkaian penutup ini, lebih ditekankan pada praktik yang dimulai dari simulasi berbagi pengalaman.
“Dalam mewujudkan pendidikan inklusi itu, ada banyak metode. Diantaranya metode diferensiasi dan metode Universal Design Learning (UDL). Dua metode tersebut, yang identik dengan pendidikan inklusif,” ucapnya.
Diakhir wawancara, Alies Poetri Lintangsari menggarisbawahi pentingnya pendidikan inklusi ini pada tingkat pendidikan dasar. Dikarenakan banyak sekali para siswa berkebutuhan khusus ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Menurutnya, dukungan bagi mahasiswa disabilitas akan lebih optimal jika dukungan ini diberikan dari pendidikan dasar.
“Harapanya tercipta sistem unit layanan disabilitas ditingkat pendidikan dasar dan menengah yang sportif dan lebih bisa menyiapkan siswa dengan disabilitas untuk nantinya belajar di perguruan tinggi,” tuturnya.(*)
Reporter:Gatot Sunarko
Editor: Widyawati