20 April 2025

Get In Touch

Perempuan-perempuan Tangguh Hadapi Pandemi

Erlina Handari (Ade) saat melakukan proses pembuatan lukisan di dompet.(Foto:Iqbal/Lentera)
Erlina Handari (Ade) saat melakukan proses pembuatan lukisan di dompet.(Foto:Iqbal/Lentera)

SEMARANG (Lenteratoday) –Usia tak menghalangi orang untuk terus belajar, berkarya dan tetap survive di segala keadaan. Itulah gambaran perempuan bernama Erlina Handari (54), seorang produsen kerajinan kain lukis. Perempuan yang biasa disapa Ade tersebut, memiliki semangat tinggi sehingga mampu bertahan saat pandemi Covid-19 melanda.

Memiliki produk dengan kekuatan lukisan, bukan berarti Ade berasal dari keluarga seniman. Bahkan, dia mengaku tidak memiliki bakat melukis. Meski demikian, sejak 2017, saat usianya memasuki senja yaitu 50 tahun, dia bertekad dan belajar secara otodidak melukis melalui YouTube.

“Saya membulatkan niat, saya harus bisa membuat produk dengan dasar melukis di kain. Pernah rugi jutaan rupiah, tapi saya tak patah arang. Sebab itu bagian dari proses belajar,”katanya.

Terkait kerugian yang diderita, menurut Ade karena jenis pewarna yang dia beli tidak cocok dengan jenis kain yang digunakan untuk melukis.  Kegagalan demi kegagalan Ade lewati. Sehingga dari setiap kegagalan tersebut, dirinya mendapatkan pengetahuan, pengalaman yang tidak ternilai harganya.

Berbagai tahapan proses melukis dipelajarinya. Mulai dari teknik lukis, memahami jenis bahan cat pewarna, jenis kain, hingga segala pernak-pernik yang berkaitan dengan dunia lukis.

Sekitar empat bulan belajar, Ade kemudian mencoba mempromosikan kain lukisnya kepada teman-temannya. Mayoritas teman menyukai dan dari peran teman-teman karibnya, semakin banyak orang yang berminat hingga memesan kain lukis buatan Ade.

"Harga kain lukis ukuran 1,5 x 1,5 meter yaitu Rp 350 ribu sampai Rp 500 ribu. Sedangkan kalau kain lukis berbahan sutra itu Rp 800 ribu hingga Rp 2,5 juta. Memang mahal yang kain sutra lukis, karena bahannya kan sudah mahal, tekniknya berbeda, dan tingkat kerumitannya tinggi," terangnya, saat ditemui di rumahnya di Jl. Payung Asri Selatan 3/18 Pudak Payung, Banyumanik, Semarang, Rabu (27/10/2021).

Dalam usaha kain lukisnya, Ade menawarkan berbagai macam desain. Mulai dari desain binatang, tanaman, bunga, buah, makanan, hingga desain aneka transportasi seperti sepeda, motor, dan mobil.

Tak mau stagnan dalam berkegiatan, setelah menekuni bisnis tersebut selama satu tahun, Ade memberanikan diri membuka kursus dan mengisi berbagai pelatihan ke berbagai kota-kota besar di Indonesia. Seperti Gresik, Surabaya, hingga Jakarta.

Pada September 2019, Ade berniat untuk mengembangkan usahanya, yaitu dengan mengajukan permodalan ke Pertamina. Ade datang ke Kantor Pertamina Regional Jawa Bagian Tengah (RJBT) IV, Jl. Pemuda No.114, Sekayu, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang.

"Setelah mengajukan dengan membawa berkas yang dipersyaratkan, pihak Pertamina kemudian melakukan survei usaha saya. Hingga saya dinyatakan lolos seleksi permodalan dari Pertamina," jelas Ibu dua putra ini.

Selanjutnya, Ade menggunakan permodalan Pertamina untuk mengembangkan usaha kain lukisnya. Namun enam bulan berjalan, usaha kain lukis yang sedang dikembangkannya diterpa badai pandemi Covid-19. Walhasil, penjualannya merosot drastis.

Tak mau putus asa, Ade mulai berpikir bagaimana agar usahanya tetap berjalan di tengah wabah corona. Akhirnya, lahirlah sebuah ide dengan memanfaatkan peluang yang tercipta saat dunia dilanda pandemi. Ade memutuskan beralih berjualan masker lukis, aksesoris masker (strap dan konektor masker) hingga tasbih. Benar saja, usaha handycraft barunya tersebut disambut baik oleh pangsa pasar.

Ade juga mendapat dukungan dari program-program digital yang diadakan oleh Pertamina. "Sebagai mitra binaan pertamina saya sangat terbantu sekali dengan program yang diadakan Pertamina. Mulai dari coaching (pembinaan) untuk meningkatkan penjualan secara online, manajemennya, hingga cara packaging yang bagus," tuturnya.

Bahkan saat ini Ade sedang mengikuti program Pertamina SMEXPO, yaitu sebuah program pameran yang diperuntukkan bagi UMKM mitra binaan pertamina yang terpilih, yang ditujukan untuk membantu pelaku UMKM dalam meningkatkan penjualannya secara online.

Tidak hanya itu, Ade saat ini juga menjadi salah satu perwakilan Mitra Binaan Pertamina yang mengikuti Trade Expo Indonesia (TEI) secara virtual. TEI adalah sebuah program pameran tahunan yang mempertemukan produsen dengan para investor global.

"Baru berjalan satu Minggu, kami (pelaku UMKM) dipertemukan dengan buyer-buyer luar negeri. Ini kemarin ada dua buyer yang sedang negosiasi dengan saya, dari Afghanistan minta tasbih, satunya dari Bahrain memesan kain sutra lukis. Jadi dari program TEI ini, saya bisa kenal dunia ekspor juga," ungkapnya.

Selain program pameran virtual, Ade menilai Pertamina juga berperan langsung pada peningkatan penjualan produk. Diakuinya sudah beberapa kali Pertamina membeli produk buatannya. "Saat pandemi ini, Pertamina pernah empat kali pesan produk saya. Pertama pesan 100 dompet lukis, kedua pesan 50 dompet lukis, ketiga pesan 40 strap masker, dan keempat pesan 50 sarung bantal sofa batik," ujarnya.

Dari berbagai dukungan yang dilakukan oleh Pertamina, dan ketekunan Ade dalam mengikuti setiap program yang diadakan, akhirnya menjadikan hasil yang manis. Terlihat meskipun di tengah pandemi, penjualan Ade terbilang stabil, bahkan meningkat.

Hal itu dibuktikan melalui penjualan online shop, rata-rata Ade mampu menjual 200 masker per bulan. Sedangkan berbagai aksesoris sebanyak 300 sampai 400 biji per bulan. "Bahan aksesoris yang saya jual, yaitu mutiara sintetis, kristal, batu , mutiara air tawar. Jenis bahan berpengaruh pada harga. Paling murah Rp 5 ribu, paling mahal Rp 120 ribu. Masker dan aksesoris segala usia ada, mulai dari anak-anak sampai dewasa, cowok dan cewek," paparnya.

Ade mengaku konsumen yang membeli produk buatannya telah sampai berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya Jawa, Ade pernah mengirim produknya ke Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Medan, Pekanbaru, Balikpapan, Jakarta, Surabaya.

Produk-produk hasil karya Erlina Handari (Ade) (Foto:Iqbal/Lentera)

Bintari Mendirikan Pabrik

Seperti halnya dengan Ade, mitra binaan Pertamina yang satu ini juga bisa survive di tengah Pandemi Covid-19. Dia adalah Bintari Saptanti, di tengah pandemi Covid-19 perempuan berusia 42 tahun ini mampu mendirikan Pabrik Bakmi Jogja dalam kemasan yaitu CV. Sundoro Indonesia, yang beralamat di Taman Tulang, Ruko Jatisari Indah Blok C No. 19, Mijen, Semarang.

Sebelum mendirikan pabrik, Bintari memiliki usaha Rumah Makan Bakmi Jogja di Semarang. Bintari mulai merintis Rumah Makan Bakmi Jogja, sejak 2019. Kemudian Agustus 2019, Bintari mengajukan permodalan ke Pertamina. Bintari lolos seleksi permodalan dari Pertamina.

Permodalan Pertamina digunakannya untuk mengembangkan usahanya. Hingga dia bisa mendirikan delapan outlet rumah makan. Namun, Maret 2020 keadaan pandemi Covid-19 memaksanya menutup seluruh outlet rumah makan yang telah dibangunnya.

Usai memutuskan menutup seluruh rumah makan, dengan kemudahan dan keringanan yang diberikan Pertamina perihal permodalan, akhirnya Bintari memunculkan produk baru, yaitu Bakmi Jogja dalam kemasan.

"Ide awal produk Bakmi Jogja dalam kemasan itu muncul setelah beberapa kali Pertamina mengadakan pendampingan secara virtual, ada kelas digital marketing, melalui Zoom Meeting dan WhatsApp Group. Banyak diajarkan perihal jualan online, packaging, dan menghitung penjualan produksi. Lalu muncul ide Bakmi Jogja dalam kemasan itu," jelasnya, Kamis (28/10/2021).

Bintari mengatakan, Pertamina melakukan pendampingan terhadap mitra binaan secara berkelanjutan. Dia menilai, pertamina memperhatikan mitranya supaya tidak terpuruk, bisa berjuang dan bangkit di tengah Pandemi Covid-19.

Sebagai mitra binaan, Bintari mengaku banyak dipertemukan dengan para konsumen dari berbagai kalangan oleh Pertamina.

"Sistemnya itu mereka (Pertamina) membantu kami (pelaku UMKM) untuk pengembangan pemasaran. Seperti kami dimasukkan ke pameran di e-commerce binaan Pertamina, semua orang Pertamina bisa belanja di situ, semua pegawai BUMN se-Indonesia bisa belanja di situ," terangnya.

Seiring berjalannya waktu, sekarang Bakmi Jogja dalam kemasan buatan Bintari sudah masuk dalam 108 Supermarket di Indonesia. "Target saya ke depan, bagaimana caranya Bakmi Jogja kemasan ini bisa masuk di 3.000 supermarket di Indonesia, sekarang baru di 108 supermarket," ujarnya.

Selain itu, Bintari mengaku selama pandemi juga pernah mengirim Bakmi Jogja dalam kemasan ke luar negeri. Seperti Jepang, Singapura, Australia, Belanda. "Rata-rata per bulan, kirim satu karton, dengan isi 32 pcs (pieces), satu pcs ukuran 90 gram," paparnya.

Jadikan Mitra Binaan Tangguh dan Berdaya

Terpisah, Manager Communication, Relations & CSR Regional Jawa Bagian Tengah IV PT Pertamina Patra Niaga, Kota Semarang, Brasto Galih Nugroho, mengatakan tujuan dari program pembinaan terhadap UMKM sama dengan tujuan dari kementerian BUMN yakni meningkatkan kemampuan usaha mikro dan kecil agar menjadi tangguh dan berdaya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Brasto menyebut pola pembinaan yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi yang terjadi, dan sesuai kebutuhan dari mitra binaan Pertamina.

"Karena pandemi, maka pelatihan yang kami adakan untuk mitra binaan disesuaikan topiknya, yaitu terkait pemasaran dan promosi online dengan metode pelatihan secara daring," terangnya, Kamis (28/10/2021).

Bahkan, dikatakannya, Pertamina juga mengikutsertakan mitra binaan yang terpilih,  ke pameran-pameran, baik regional atau internasional secara virtual. "Meskipun virtual, tidak akan mengurangi esensi dari sebuah program tersebut," tuturnya.

Brasto berharap, dengan adanya berbagai program-program tersebut, para pelaku usaha-usaha kecil bisa terus tumbuh, meskipun dalam keadaan pandemi. "Khususnya di wilayah Semarang, pelaku UMKM dari segi usahanya, terus kami dorong menyesuaikan terhadap setiap tantangan usaha yang akan datang," paparnya. (*)

Reporter : Mohammad Iqbal Shukri

Editor: Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.